KALAMANTHANA, Samarinda – Kota Bontang menjadi daerah yang paling tinggi dalam pembangunan dan peningkatan kualitas manusia setelah dari hasil perhitungan Indeks Pembangunan Manusia berada di posisi tertinggi dibanding kabupaten/kota lain di Provinsi Kalimantan Timur.
“IPM Provinsi Kaltim berdasarkan perhitungan kami dari hasil survei 2015 mencapai 74,17 yang merupakan penghitungan rata-rata dari 10 kabupaten/kota. Dari jumlah itu, Kota Bontang menempati ranking teratas dengan IPM 78,78,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kaltim M Habibullah di Samarinda, Kamis (16/6/2016).
Tahun sebelumnya, IPM di Bontang sebesar 78,58 sehingga dalam jangka waktu satu tahun ini pembangunan manusia di Kota Taman itu terjadi peningkatan sebanyak 0,25 persen.
Berada di posisi kedua pencapaian IPM tertinggi adalah Kota Samarinda sebesar 78,69 atau meningkat 0,38 persen ketimbang IPM 2014 yang sebesar 78,39.
Posisi ketiga adalah Kota Balikpapan dengan IPM sebesar 78,18, sehingga terjadi peningkatan 0,33 persen ketimbang tahun 2014 yang sebesar 77,93.
Meski demikian, lanjut Habibullah, setiap daerah hendaknya tidak terjebak dengan tingginya IPM, kemudian membandingkan perolehan dengan daerah lain, karena yang terpenting dalam pembangunan manusia bukan peringkat IPM, tetapi lompatan maupun seberapa cepat daerah mengubah IPM dari yang rendah menjadi lebih tinggi.
“Kebanyakan kita masih terjebak dengan peringkat IPM. Kita masih sering keliru membandingkan peringkat IPM dengan daerah lain. Kalau peringkatnya tinggi lantas kita bangga. Padahal yang terpenting adalah seberapa cepat kita mampu meningkatkan IPM dari rendah menjadi tinggi,” katanya.
Menurut Habibullah, IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan jangka panjang. Untuk melihat perkembangan kemajuan manusia, terdapat dua aspek yang diperhatikan, yakni kecepatan dan status pencapaian.
Ia melanjutkan IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yakni umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan atau tingkat pendidikan, dan yang ketiga adalah standar hidup layak.
Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh angka harapan hidup saat lahir. Untuk pengetahuan diukur dari indikator rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Sedangkan standar hidup layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.
“Capaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga faktor tersebut, sehingga setiap capaian IPM tidak terlepas dari pencapaian setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, berarti indeks masing-masing komponen juga meningkat,” ujarnya. (ant/rio)
Discussion about this post