KALAMANTHANA, Muara Teweh – Gonjang ganjing pemutusan hubungan kerja (PHK) di PT Antang Ganda Utara (AGU), jadi perhatian warga Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. AGU akhirnya angkat bicara, menyatakan tidak pernah memaksa 1.233 karyawan harus mengambil program tali asih.
Pimpinan PT AGU, Elenggowan menjelaskan, pihaknya tidak pernah melakukan PHK karyawan. Namun perusahaan menawarkan program tali asih. Sebelumnya, PT AGU telah menjelaskan secara detail, kondisi keadaan perusahaan saat ini. Lalu anak perusahaan Makin Group ini menjelaskan besaran tali asih yang diterima masing-masing karyawan. Setelah karyawan memikirkan, lalu menerima dengan senang.
“Kami juga melakukannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebelum dan sesudahnya kami juga sudah melaporkan ke Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Batara,” terang Lenggo—sapaan akrabnya saat menjawab pertanyaan wartawan terkait hal yang mendasar adanya PHK karyawan PT AGU.
Terkait alasan perusahaan menawarkan tali asih kepada karyawan pun dijawab Lenggo. Hal ini disebabkan saat ini kondisi perusahaan amat sangat labil. Selain itu, jumlah karyawan kelebihan, produksi tandan buah segar (TBS) saat ini hanya mencapai sekitar 40 persen saja, akibat dampak kondisi alam.
Akibat semua ini, imbuh Lenggo, sangat sulit sekali untuk bangkit kembali kecuali dilakukan perbaikan. Sebenarnya program ini, seharusnya dilaksanakan di tahun 2015. Tetapi saat itu, PT AGU mencoba untuk mengurangi jam kerja karyawan, tetapi tetap tidak mampu untuk mengatasinya.
Lenggo membenarkan harga jual CPO saat ini lagi bagus. Tetapi produksi TBS turun dratis, sehingga tidak mampu mengcover semuanya. Sebelumnya produksi TBS lagi bagus tetapi harga jual CPO nya sangat jelek , sedangkan upah minimum regional (UMR) setiap tahunnya naik terus, sehingga beban perusahaan sangat berat untuk menopang semua ini.
Lenggo menegaskan, salah besar isu yang menyebutkan, ada pemaksaan dari pihak perusahaan kepada karyawan untuk mengambil tali asih. Diutarakannya, PT AGU tidak pernah memaksakan karyawan harus mengambil program tali asih yang. Bagi yang mau mengambil silahkan, bagi yang tidak mau mengambil dapat bekerja kembali seperti biasa.
“Perlu kami jelaskan program tali asih ini peminatnya cukup banyak. Awalnya kami hanya menawarkan kepada 800 karyawan saja, tetapi pada pelaksanaannya membengkak menjadi 1.233 orang. Kenapa hal ini terjadi? karena karyawan tertarik mengambil program tali asih tersebut,” paparnya. (ss)
Discussion about this post