KALAMANTHANA, Kuala Pembuang – Persoalan yang dihadapi petani di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, ternyata bukan hanya bagaimana memacu produksi. Serapan di pasar lokal yang rendah juga membuat petani dalam posisi tersudut.
“Masalah yang dihadapi banyak petani di Seruyan adalah sulitnya memasarkan hasil pertanian,” kata petani Desa Persil Raya Kecamatan Seruyan Hilir, Abdurrahman di Kuala Pembuang, Minggu (17/7/2016).
Anggota Kelompok Tani Usaha Bhakti ini mengatakan, hasil produksi pertanian di desanya mengalami peningkatan, khususnya untuk produksi gabah yang rata-rata dihasilkan sebanyak tiga sampai empat ton dari setiap hektare lahan petani.
“Luas lahan pertanian padi yang digarap petani Desa Persil 700 hektare. Kalau setiap hektar menghasilkan tiga ton gabah, lalu tidak ada yang membeli jadi mau diapakan? Mau dibawa pulang ke rumah juga tidak bisa karena tidak ada tempat penampungan,” katanya.
Petani lainnya, Kamto menambahkan, rendahnya serapan pasar di Seruyan membuat hasil pertanian sulit bukan hanya terhadapk padi tapi juga untuk produksi pertanian seperti lombok, sayuran dan buah-buahan.
“Saya pernah tanam lombok. Dalam sehari lombok yang dipanen mencapai 100 kilogram, tapi dijual ke pasar tidak habis. Begitu pula dengan semangka sekali panen bisa 15 ton, tapi dalam sehari tiga kuintal saja tidak habis,” katanya.
Selain rendahnya daya beli, sulitnya memasarkan hasil pertanian juga terjadi karena kurangnya promosi serta campur tangan pemerintah untuk ikut membuka akses terhadap pasar secara luas. Kondisi ini sering dimanfaatkan tengkulak untuk membeli hasil pertanian dengan harga rendah.
“Kami minta pemerintah mencari solusi atas masalah pemasaran yang dihadapi petani, karena selain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, petani juga perlu modal untuk kembali bertani,” katanya. (ant/rio)
Discussion about this post