KALAMANTHANA, Muara Teweh – Melakukan demo mendesak pengusutan kasus penganiayaan terhadap dua pembantu rumah tangga di Klinik Bersalin Christina, KNPI Barito Utara mengajukan tiga tuntutan kepada Polres Barut. Apa saja tuntutan mereka?
Ketua KNPI Barito Utara Wardatun Nurjamilah, saat melakukan demonstrasi di sekitar Bundaran Air Mancur, menyerahkan tuntutan itu secara tertulis kepada pihak Polres Barut. Isi tuntutannya terdiri dari tiga poin.
Pertama, meminta kepada penegak hukum, khususnya Polres Barito Utara agar melakukan tindakan hukum terhadap pelaku kekerasan pembantu rumah tangga sampai ada kejelasan hukum.
Kedua, meminta kepada penegak hukum agar segera mengembalikan kedua korban tersebut ke Muara Teweh agar mendapat perlindungan hukum. Sedangkan yang ketiga adalah meminta kepada pemilik Klinik Bersalin Christina untuk segera menyelesaikan hak-hak pembantu yang belum terselesaikan.
“Aksi demo ini tujuannya agar aparat hukum memproses kasus yang dialami dua orang PRT oleh majikannya secara profesional. KNPI juga berharap korban dapat dibawa kembali ke Muara Teweh agar bisa mendapatkan hak hak nya, hak untuk mendapatkan perlindungan hukum, hak untuk mendapatkan rehabilitas kesehatan dan lain-lain. KNPI akan mengawal kasus ini sampai selesai,” tegas Ketua KNPI Barut itu setelah menyerahkan tuntutan itu kepada Polres Barut di Muara Teweh, Sabtu (6/8/2016).
Seperti diketahui, dua pembantu di klinik tersebut, SS (13) dan R (23), lebam karena dianiaya pemilik klinik. Ketua RT 29 Kelurahan Lanjas, Supriyadi di Muara Teweh, Kamis (4/8/2016), mengatakan berdasarkan pengakuan seorang pembantu yang masih anak-anak bernama Samudra Simatupang (13), dirinya baru lima bulan berada di Muara Teweh.
Peristiwa itu terjadi Sabtu (30/7) dinihari sekitar pukul 03.00 WIB, ada telpon dari temannya bernama Mansur dengan mengatakan ada warga terlantar yang diduga akibat perlakuan kekerasan.
“Karena diminta datang, ya saya datangi ke sana, padahal lokasi tempat kejadiannya masuk wilayah RT 17 Kelurahan Lanjas. Karena pada waktu itu teman saya minta pertolongan kepada saya, lalu saya datang ke sana,” kata Supriyadi.
Sampai di depan rumah temannya, dia melihat pintu rumah masih kondisi tertutup. Dia inisiatif menelepon Mansur. Dia bilang ada di belakang rumah di sekitar alang-alang ujung Bandara Beringin Muara Teweh. Ternyata posisinya persis berada di ujung bandara Beringin Muara Teweh atau tepatnya belakang pencucian kendaraan Anisa.
“Saat saya tiba di sana, anak itu langsung lari bersembunyi masuk alang-alang, namun ketika saya panggil anak itu datang menemui dengan mengatakan saya takut Om. Saya melihat kondisi tubuh anak tersebut dalam kondisi kurus. Kamu belum makan ya? Saya lapar Om,” tutur dia.
Anak itu, lanjut dia, bilang jangan dibawa ke rumah itu dan minta jangan lapor polisi, karena dia takut dan mengaku setiap hari selalu mendapat perlakuan kekerasan dari majikannya. (fds)
Discussion about this post