KALAMANTHANA, Muara Teweh – Perlakuan buruk pemilik Klinik Bersalin Christina terhadap dua pembantu rumah tangganya memicu kegeraman publik. Salah satunya ditunjukkan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Dengan mengusung spanduk dan berbagai atribut demonstrasi lainnya, puluhan anggota KNPI itu melakukan orasi berapi-api di sekitar Bundaran Air Mancur (Bundaran Bupati), Sabtu (6/8/2016). Mereka menuntut keadilan hukum serta hak azazi manusia bagi R (23) dan SS (13), pembantu rumah tangga dan anak dibawah umur yang beberapa waktu lalu dianiaya oleh majikannya.
Tuntutan utama yang mereka ajukan, antara lain, meminta agar pihak berwenang segara mengusut tuntas kasus tersebut hingga selesai. Mereka juga meminta agar pelaku diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Ketua KNPI Barito Utara Wardatun Nurjamilah dalam orasinya meminta agar tidak ada lagi bentuk-bentuk kekerasan maupun penganiayaan terhadap PRT dan anak di bawah umur. “Kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi di Barito Utara. Kepada aparat kepolisian, kami meminta agar kasus ini diusut secara profesional hingga selesai agar pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku” katanya.
Seperti diketahui, dua pembantu di klinik tersebut, SS (13) dan R (23), lebam karena dianiaya pemilik klinik. Ketua RT 29 Kelurahan Lanjas, Supriyadi di Muara Teweh, Kamis (4/8/2016), mengatakan berdasarkan pengakuan seorang pembantu yang masih anak-anak bernama Samudra Simatupang (13), dirinya baru lima bulan berada di Muara Teweh.
Peristiwa itu terjadi Sabtu (30/7) dinihari sekitar pukul 03.00 WIB, ada telpon dari temannya bernama Mansur dengan mengatakan ada warga terlantar yang diduga akibat perlakuan kekerasan.
“Karena diminta datang, ya saya datangi ke sana, padahal lokasi tempat kejadiannya masuk wilayah RT 17 Kelurahan Lanjas. Karena pada waktu itu teman saya minta pertolongan kepada saya, lalu saya datang ke sana,” kata Supriyadi.
Sampai di depan rumah temannya, dia melihat pintu rumah masih kondisi tertutup. Dia inisiatif menelepon Mansur. Dia bilang ada di belakang rumah di sekitar alang-alang ujung Bandara Beringin Muara Teweh. Ternyata posisinya persis berada di ujung bandara Beringin Muara Teweh atau tepatnya belakang pencucian kendaraan Anisa.
“Saat saya tiba di sana, anak itu langsung lari bersembunyi masuk alang-alang, namun ketika saya panggil anak itu datang menemui dengan mengatakan saya takut Om. Saya melihat kondisi tubuh anak tersebut dalam kondisi kurus. Kamu belum makan ya? Saya lapar Om,” tutur dia.
Anak itu, lanjut dia, bilang jangan dibawa ke rumah itu dan minta jangan lapor polisi, karena dia takut dan mengaku setiap hari selalu mendapat perlakuan kekerasan dari majikannya. (fds)
Discussion about this post