KALAMANTHANA, Muara Teweh – Proyek PLTMG Bangkanai, menurut rencana, akan diresmikan bulan depan oleh Presiden Joko Widodo. Tapi, bagaimana mungkin jika pemasok listrik ini masih banyak bermasalah.
Hari-hari ini, para karyawan PT PLN tengah disibukkan oleh permasalahan terbaru oleh pembantik listrik tenaga mesin dan gas (PLTMG). Sejak Jumat sore, tower listrik saluran udara tegangan tinggi transmisi (SUTT) 150 kilovolt line Bangkanai, Kecamatan Lahei-Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, itu roboh.
Akibatnya, PLN tak bisa mengoperasikan pembangkit listrik yang lebih modern itu. Mereka kembali menggunakan pembangkit konvensional, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sialnya, pasokan listrik dari PLTD tak mencukupi sehingga sejumlah wilayah di Barito Utara kini harus mengalami pemadaman bergiliran.
PLN tentu saja tak berpangku tangan. Sejak Jumat malam, menurut Pelaksana Harian Manajer PLN Muara Teweh Heri Wiharto di Muara Teweh, Sabtu (15/10/2016), ada dua tower darurat dari PLN Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah di Banjarbaru, yang sudah dinaikkan ke truk untuk diangkut ke Muara Teweh.
“Kita harapkan pekerjaan pemasangan tower emergency itu dapat berjalan sesuai rencana sehingga krisis listrik di daerah ini segera teratasi,” ujarnya.
Persoalannya bukan sekadar itu. Proyek PLTMG berbiaya besar ini ternyata rentan terhadap gangguan. Padahal, menurut rencana, proyek ini akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada November 2016 mendatang.
Gangguan bukan kali ini saja terjadi. Bulan lalu, trafo pemakaian sendiri di kawasan PLTMG Blok Bangkanai di Kecamatan Lahei, terbakar sehingga PLN kembali menggunakan mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.
“Trafo pemakaian sendiri (PS) untuk catu daya instrumen mesin itu terbakar pada Rabu (14/9) siang sekitar pukul 14.20 WIB. Akibatnya listrik yang berasal dari PLTMG untuk menerangi Muara Teweh dan Buntok Kabupaten Barito Selatan mati total,” kata Pelaksana Harian PT PLN Muara Teweh saat itu, Kusmanto di Muara Teweh, Jumat (16/9/2016).
Menurut Kusmanto, akibat gangguan itu listrik di Muara Teweh kembali menggunakan PLTD yang mengalami defisit 2.000 kilowatt sehingga dilakukan pemadaman bergilir di sejumlah wilayah Muara Teweh, desa dan kecamatan setempat.
Pemadaman bergilir ini diberlakukan sejak Rabu (14/9) malam dan dijadwalkan sampai 25 September 2016 mulai pukul 17.00 WIB hingga 23.00 WIB.
Gangguan kali ini juga memunculkan ironisme, meski PLN berkilah terjadi karena gangguan alam. Pasalnya, tower yang roboh ini terjadi hanya dua hari setelah PLTMG Bangkanai mulai beroperasi dengan ditandai syukuran yang dilakukan Bupati Barito Utara Nadalsyah dan dihadiri Direktur Bisnis PLN Regional Kalimantan, Joko Raharjo. Syukuran itu dilakukan pada Rabu (12/10/2016) di Gardu Induk Muara Teweh di ruas jalan Muara Teweh-Puruk Vahu Kilometer 14, Desa Mukut, Kecamatan Lahei.
PLTMG Bangkanai dengan daya 155 megawatt (MW) itu, jika normal, akan interkoneksi listrik di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Pada operasional awalnya, PLTMG sudah menerangi kota Muara Teweh dan Buntok Kabupaten Barito Selatan. (ik)
Discussion about this post