KALAMANTHANA, Samarinda – Inilah sepak bola Indonesia. Hanya karena mengkritik wasit, seorang pelatih bisa dijatuhi sanksi skorsing. Padahal, kritiknya tak dilakukan secara vulgar. Itulah yang dialami pelatih Pusamania Borneo FC, Dragan Djukanovic.
PT Gelora Trisula Semesta (GTS), operator Torabika Soccer Championship (TSC) menjatuhkan skorsing larangan mendampingi timnya untuk satu pertandingan bagi Djukanovic. Itu artinya dia tak bisa di bench pada laga kandang lawan PSM Makassar di Stadion Segiri, Jumat (21/10/2016). Sialnya, asistennya, Rade Novovic.
Apa alasan PT TGS menjatuhkan sanksi untuk Djukanovic. Ternyata ini: ulahnya yang sering mengkritik keputusan wasit. Pelatih asal Montenegro itu, terakhir, mengkritik wasit saat pasukannya kalah 1-2 di kandang Persegres Gresik United, akhir pekan lalu.
Bagaimana reaksi Djukanovic? Buatnya, ini sesuatu yang aneh. “Bagaimana mempertanyakan sebuah hal yang tidak benar, kita malah dihukum karena itu. Jadi, siapa sebenarnya yang salah? Pertama kali saya terjun di sepak bola, saya sudah dibekali arti respek dan fair play,” katanya.
Baginya, keputusan TGS ini sungguh lucu. Djukaonovic bukanlah pelatih kemarin sore. Sudah banyak klub sepak bola di dunia yang dia tangani selama kariernya yang bertahun-tahun itu. Tapi, baru kali ini dia mendapat hukuman hanya karena mengkritik keputusan wasit.
“Setiap pekan, kami selalu melawan 14 orang. Setiap pekan, kami juga melawan wasit. Seharusnya mereka malu karena terus merampok poin kami. Seharusnya mereka yang dipenjara,” tegasnya.
Ini bukan hukuman pertama yang diterima Dragan. Sejak ISC bergulir, ia sudah dua kali dijatuhi sanksi oleh PT GTS. Pelatih 47 tahun itu pernah dilarang tampil saat PBFC menghadapi Bali United dan Persiba Balikpapan.
Kubu PBFC juga merasakan keganjilan keputusan TGS. “Lucu, protes malah dihukum. Mau begini terus sepak bola Indonesia?” sebut media officernya, Abe Hedly. (ik)
Discussion about this post