KALAMANTHANA, Sampit – Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Najmi Fuadi menduga penjaringan anggota pasukan pengibar bendera daerah itu penuh dengan kepentingan oknum pejabat.
“Kita katakan demikian karena faktanya memang seperti itu. Yang lolos atau terpilih menjadi anggota Paskibra pada umumnya titipan dari beberapa pejabat dan hal itu terjadi sejak dulu,” katanya saat rapat pembahasan anggaran di DPRD Kotawaringin Timur, Senin (28/11/2016).
Najmi mengatakan, dengan adanya kepentingan oknum pejabat dari pemerintahan maupun kepolisian tersebut akhirnya penjaringan tidak lagi mengedepankan kualitas pemuda.
Penjaringan untuk menjadi anggota Paskibra di Kotawaringin Timur selama ini hanya sebatas formalitas belaka, karena tim seleksi telah mengantongi deretan nama-nama anggota Paskibra.
Selain titipan pejabat, yang menjadi anggota Paskibra juga anak orang dari kalangan ekonomi mapan atau banyak uang. “Sebetulnya ini bukan sebuah rahasia umum karena banyak diketahui sebagain besar masyarakat terutama para orangtua yang anaknya ikut dalam penjaringan anggota paskibra,” katanya.
Najmi mengatakan, dirinya banyak mengetahui proses penjaringan anggota Paskibra karena dirinya pernah terlibat dari bagian tim tersebut. “Pernah pada saat itu pelatih Paskibra mengancam jika nama calon anggota Paskibra yang mereka ajukan tidak di diterima maka oknum pelatih tersebut akan mundur, setelah usut punya usut ternyata nama calon tersebut adalah anak dari komandannya,” ucapnya.
Najmi juga mengaku dirinya saat itu tidak dapat banyak berbuat karena hanya sebagai bawahan dan bukan pemegang kebijakan. “Saya berharap praktek seperti itu kedepannya bisa benar-benar dihapus, sebab akibat kepentingan oknum pejabat itu pemuda yang memang memiliki prestasi tersingkir, terutama mereka anak petani dan mungkin anak orang tidak mampu,” katanya.
Lebih lanjut Najmi mengatakan, adanya titipan oknum pejabat juga tidak hanya terjadi pada penjaringan anggota Paskibra, namun juga terjadi pada seleksi atlet pada beberapa kejuaraan.
“Yang sering terjadi atlet yang dikirim pada sebuah kejuaraan adalah bukan atlet yang berprestasi, namun mereka yang menjadi titipan oknum pejabat dan atlet kesayangan sang pelatih. Praktik yang seperti itulah yang membuat Kotawaringin Timur miskin prestasi baik di tingkat provinsi maupun nasional,” ujar Najmi. (ant/akm)
Discussion about this post