KALAMANTHANA, Palangka Raya – Anjloknya prestasi atlet Kalimantan Tengah pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Bandung, Jawa Barat, September 2016 lalu salah satunya disebabkan rendahnya kualitas atlet.
“Saya tidak bermaksud mencari kambing hitam, tapi berdasarkan evaluasi, beberapa cabang olahraga yang dipertandingkan kualitas atletnya masih jauh di bawah standar. Ini disebabkan dalam rekrutmen atlet. Ada kepentingan di internal cabang olahraga tertentu, baik itu pelatih, pengurus, atau titipan pejabat lainnya,” kata Ketua Umum KONI Kalteng, Aries M. Narang pada Rapat Anggota KONI Kalteng di Palangka Raya, Jumat (2/12/2016).
Pada PON XIX Jawa Barat, Kalteng berada di peringkat 26 dari 34 provinsi dengan perolehan 3 emas, 4 perak dan 4 perunggu. Padahal, menurut Aries, KONI Kalteng menargetkan sembilan medali emas pada kegiatan olahraga bergengsi di tingat nasional itu. Target ini meningkat dari hasil PON XVIII Pekanbaru, Riau pada 2012, di mana Kalteng berhasil mendapatkan 6 medali emas.
Aries tidak menampik jika persoalan dana menjadi salah satu penyebab turunnya prestasi olahraga Kalteng. Pada 2016 KONI Kalteng mendaptkan dana hibah murni dari Pemprov Kalteng sebesar Rp17,5 miliar. Dana tersebut telah direalisasikan untuk kegiatan rutin dan operasional KONI Kalteng serta untuk pelaksanaan Pemusatan Latihan Provinsi (Pelatprov) PON XIX yang dilaksanakan selama 6 (enam) bulan.
Selanjutnya bantuan dana hibah melalui perubahan anggaran sebesar Rp7,5 miliar. Dana ini diusulkan untuk keikutsertaan Kontingen Kalteng pada PON XIX Jawa Barat serta keikutsertaan Kalteng pada event olahraga BIMP-EAGA pada akhir tahun ini di Samarinda, Kalimantan Timur.
Terkait ditunjuknya Kabupaten Barito Utara sebagai tuan rumah pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2018 mendatang, Aries mengatakan KONI Kalteng siap mendukung. “Pada dasarnya KONI Kalteng siap mendukung event ini dan diharapkan mulai sekarang KONI Kabupaten Barito Utara selalu berkoordinasi dengan provinsi guna suksesnya kegiatan tersebut,” kata Aries.
Untuk itu, mantan Ketua DPRD Kota Palangka Raya ini menegaskan, Porprov ini nanti harus betul-betul menjadi barometer untuk menyeleksi atlet-atlet berkualitas, sehingga tidak ada lagi istilah main mata dan jual beli atlet sebagaimana yang terjadi selama ini. (ir)
Discussion about this post