KALAMANTHANA, Palangka Raya – Cerita duka datang dari Kalimantan Tengah. Ternyata, kalangan ibu rumah tangga (IRT) termasuk yang terbanyak menderita penyakit HIV/AIDS. Sepanjang 10 tahun, antara 2005-2015, 19,4 persen penderita penyakit tersebut di Bumi Tambun Bungai adalah ibu rumah tangga.
Begitulah fakta yang disodorkan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kalimantan Tengah. Ibu rumah tangga berada pada peringkat kedua sebagai profesi paling tinggi menderita HIV/AIDS. Peringkat nomor satu masih diduduki kalangan wiraswastawan.
“Peringkat pertama berdasarkan status pekerjaan ialah golongan wiraswasta dengan jumlah 25,9 persen dan IRT di urutan kedua atau 19,4 pesen,” kata Sekretaris KPA Kalteng, William Katopo di Palangka Raya, Jumat (9/12/2016).
Data yang dirilis KPA Kalteng, menunjukkan golongan karyawan di peringkat ketiga dengan persentase 9,4 persen, aparatur sipil negara k 8,6 persen, buruh kasar dan pekerja seks masing-masing 7,2 persen yang artinya masuk urutan kelima.
Peringkat keenamlah anak buah kapal (ABK) atau pelaut dengan angka 3,6 persen, disusul mahasiswa/pelajar sebanyak 2,7 persen dan peternak, petani dan nelayan sebanyak 2,2 persen.
Peringkat kesembilan kasus penderita HIV/AIDS menurut status pekerjaan ditempati oleh kalangan sopir dan tidak jelas dengan angka masing-masing 1,4 persen.
“Untuk peringkat terakhir atau ke-10 ditempati oleh golongan orang yang berjenis pekerjaan sebagai tenaga profesional nonmedis dan anggota TNI atau Polri dengan angka masing-masing 0,7 persen dari total kasus yang ditemukan,” kata William.
Sementara itu, pada semester pertama 2016, KPA Kalteng mencatat temuan kasus HIV/AIDS meningkat dibanding waktu yang sama pada 2015. Sampai akhir semester satu 2016 terdata sebanyak 810 orang tertulari HIV/AIDS, sementara pada semester yang sama pada 2015 terdata 647 orang di Kalteng tertular atau meningkat 4,7 persen.
William berharap seluruh elemen masyarakat dapat semakin aktif menjaga dan mengawasi serta turut mengantisipasi penyebaran virus HIV dan penularan AIDS ini.
“Yang tak kalah penting adalah pemikiran masyarakat terhadap ODHA. Bukan saatnya lagi mereka dijauhi dan ditakuti. Justru mereka harus dirangkul dan diberikan semangat serta dorongan dalam menjalani kehidupan yang lebih baik,” katanya. (ant/akm)
Discussion about this post