KALAMANTHANA, Penajam – Bupati Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Yusran Aspar peduli dan prihatin atas musibah gempa yang terjadi di Aceh beberapa hari lalu. Namun menurutnya, sistem penyaluran dan penggalangan bantuan yang dilaksanakan pemerintah masih kurang tepat.
“Kami sangat prihatin terhadap saudara-saudara kita di Aceh yang terkena musibah gempa bumi di sana, namun sistem penyaluran bantuan yang disampaikan menurut kami masih kurang tepat,” ungkap Yusran di sela-sela perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Penajam.
Dikatakan Yusran, terjadinya musibah bencana alam di Aceh memang menimbulkan banyak keprihatinan berbagai kalangan masyarakat. Setelah terjadinya bencana itu, lanjutnya, berbagai elemen masyarakat mulai menggalang dana yang ditujukan untuk para korban di sana.
“Menurut kami, cara-cara penggalangan dana korban bencana ini masih kurang efektif. Tidak jelasnya manajemen, terkadang bantuan dana yang disalurkan kerap tidak tepat sasaran atau tidak sampai kepada tujuan,” jelasnya.
Dijelaskan Yusran, dirinya menceritakan ketika terjadi bencana alam di Bantul, Jawa Tengah beberapa tahun lalu. Ketika itu Pemkab PPU datang ke sana untuk memberikan bantuan kepada korban. Beberapa hari selanjutnya ada berita bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara juga ikut membantu ke sana yang disusul beberapa daerah di Kaltim.
“Menurut kami, pemerintah pusat masih kurang tepat untuk memanej sehingga pada akhirnya terjadi penumpukan bantuan yang tidak tersalurkan. Belum lagi masyarakat yang harus rela berdiri di jalan untuk menggalang dana dan sebagainya. Tetapi maaf, salah manajemen, belum tertata dengan rapi, pada akhirnya bantuan banyak tidak sampai kepada tujuan,” ungkapnya.
Menurutnya, jika terjadi bencana nasional, cukup presiden melalui siaran resmi televisi menyampaikan pidatonya bahwa telah terjadi bencana di Aceh misalnya. Melalui pidato presiden, spontan para gubernur, bupati dan walikota yang dipimpin langsung oleh badan bencana nasional di Jakarta bergerak cepat. Kemudian masing-masing gubernur menyampaikan perintah kepada kabupaten kota yang ada untuk menggalang bantuan.
“Bayangkan jika 10 kabupaen/kota di Kaltim mengirimkan 10 orang relawan untuk membantu di sana. Kemudian mengirimkan dua orang dokter serta setiap kabupaten kota memberikan sumbangan sebesar Rp1 miliar. Apalagi lebih dari 500 kabupaten kota se-Indonesia melakukan ini, maka bantuan yang dikumpulkan tersebut menjadi sangat besar, tidak tumpang tindih dan dipastikan bantuan tepat sasaran kepada korban bencana,” terangnya.
Dikatakan Yusran, pada prinsipnya dalam konsep tersebut memang daerah harus ada prinsip saling gotong royong dalam penanganan musibah. Jika konsep-konsep tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, pastilah penanganan bencana yang terjadi akan lebih mudah.
“Tidak perlu anak-anak kita, mahasiswa dan sebagainya harus bersusah payah berdiri di jalan untuk menggalang dana bencana atau cara-cara lain yang harus dilakukan untuk penggalangan dana, tetapi cukup dengan manajemen ini pastilah semua akan menjadi mudah,” pungkasnya. (hr)
Discussion about this post