KALAMANTHANA, Penajam – Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma, Penajam Paser Utara, Taufik, mengakui kualitas air baku di wilayahnya sudah mengalami degradasi. Hanya saja, dia menyebutkan itu bukan bidang tugasnya.
“Silahkan ditanyakan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH). Bagi kami, dengan kondisi pH seperti itu, masih mungkin dilakukan pengolahan walaupun membutuhkan sedikit biaya ekstra,” ujar Taufik yang baru sehari dilantik menjabat Direktur PDAM Tirta Dharma.
Dia menyebutkan, tentu saja berbeda perlakuan kondisi air saat normal dibanding di kala kondisi ekstrem. Ketika ekstrem, bisa dipastikan biaya produksi akan naik. “Saat ini saja, biaya produksi rata-rata Rp5.030 per m3, sedangkan harga jualnya hanya Rp3.774. Tentu hal ini belum balans,” tambahnya.
PH air baku sendiri saat ini rata-rata 4, sedangkan batas air baku yang layak dikonsumsi pH 6,5- 8,5. Karena itu, menurutnya, dibutukan kerja ekstra untuk meningkatkan 2 poin pH tersebut demi mendapatkan air berstandar minimal layak konsumsi.
Sebenarnya ada beberapa sumber mata air yang bisa menjadi pilihan, terutama di saat kemarau seperti Sungai Lawe-lawe yang sudah diuji di Desa Girimukti. Juga Sungai Tunan. Namun hal itu tidak terlepas dari masalah pendanaan.
Mengenai penganggaran untuk PDAM PPU, sejauh ini pemerintah daerah cukup mendukung dan pihaknya bisa juga mengejar dana dari APBN atau sistem kerja sama dengan investor atau pihak ketiga. “Kita saat ini tidak lagi berbicara masalah air permukaan saja, tapi potensi air bawah tanah (air bor) juga perlu kita upayakan karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” paparnya.
Dalam waktu dekat ini, PDAM akan menindaklanjuti keluhan masyarakat seperti di Kelurahan Penajam, Kelurahan Gunung Seteleng dan Komplek B Petung. Keluhannya air kerap tidak mengalir. Bahkan ada yang sudah empat tahun melakukan pemasangan jaringan, namun hingga saat tidak dialiri air bersih. “Insya Allah akan kita carikan solusinya segera,” ujar nya. (myu)
Discussion about this post