KALAMANTHANA, Penajam – Tersebutlah Bejo Santosa. Akrabnya disapa Bejo. Pria yang kini tinggal di Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, itu dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor di Kabupaten Penajam Paser Utara. Apa istimewanya Bejo?
Bejo datang meninggalkan kampung halamannya, menetap di daerah yang kini menjadi Desa Sebakung Jaya itu pada 1987. Bersama orang tuanya, dia mengikuti program transmigrasi. Bejo sendiri lahir pada 1 Juni 1967. Artinya, saat datang pertama kali, usianya baru 20 tahun.
Berawal dari hobi budidaya ikan dan suka bercocok tanam, ketekunan Bejo membuahkan hasil. Tak sedikit penghargaan yang didapatkan Bejo, baik tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan hingga pusat.
Belum lama Bejo juga mendapatkan prestasi juara tingkat Provinsi Kaltim, berupa piagam dari Dinas Kelautan dan Perikanan, karena keberhasilannya dalam budidaya ikan tawar. Saat Penajam Paser Utara tepat berusia 15 tahun, Bupati Yusran Aspar pun menyerahkan penghargaan berupa tokoh inspirator desa.
Ini tentu kabar bahagia yang beruntun menghampiri Bejo. Awal bulan ini, ketika Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak berkunjung ke titik pipanisasi di Desa Gunung Makmur, Gentong Gendis, Gubernur juga menyampaikan agar Bejo bersiap-siap menerima penghargaan Upakarti di Istana.
“Rencananya diserahkan Presiden Joko Widodo dalam bidang pertanian dan perikanan. Mudah-mudahan bisa teerwujud,” ujar Awang Faroek.
Bejo memang inspiratif di tengah kesederhanaannya. Kapur jitu yang dia ciptakan mampu menyuburkan tanah, merangsang pertumbuhan, dan menangkal banyak hama tanaman. Kapur itu, menurutnya, lebih bagus lagi digunakan untuk penetral PH dan tingkat keasaman tanah maupun air, tingkat keasaman di air maupun tanah. Kapur jitu aman karena tidak mengandung zat kimia.
Bejo berharap masyarakat Kaltim, khususnya PPU, untuk mengurangi insektisida karena bisa menghancurkan alam. “Itulah alasan saya menciptakan kapur jitu tersebut,” ujarnya. (hr)
Discussion about this post