KALAMANTHANA, Palangka Raya – Bukit Rawi itu titik perlintasan penting, tapi kerap terabaikan. Bila hujan turun agak lama, 99 persen kawasan itu terendam banjir. Maka, jalur transportasi Palangka Raya menuju Kuala Kurun (Gunung Mas) atau Buntok (Barito Selatan) bakal terputus.
Melihat kondisi semacam itu, anggota Komisi D DPRD Kalimantan Tengah, HM Rizal punya solusi. Agak berat dan membutuhkan dana tak sedikit. Sebab, yang dia usulkan adalah dibangunnya sarana jalan layang di wilayah tersebut.
“Satu-satunya cara harus melalui pembangunan jalan layang seperti di Tumbang Nusa,” ujar Rizal di Palangka Raya, Kamis (30/3/2017).
Menurutnya, konsep penimbunan atau meninggikan jalan, belum bisa mengatasi persoalan banjir. Pasalnya timbunan akan selalu tergerus dan permukaan tanah terus mengalami penurunan, diperparah lokasi yang bergambut tebal.
Dia kemudian mencontohkan pengalaman masa lalu di Tumbang Nusa. Penimbunan pernah dilakukan di sana. Juga peninggian jalan. Tapi, itu tak membantu banyak karena banjir tetap saja menggenangi jalur tersebut.
Yang perlu diperhatikan, jangan sampai mengeluarkan anggaran yang besar di setiap tahun, tapi hasilnya kurang maksimal. Lalu akhirnya tetap saja konsep jembatan layang yang menjadi keputusan final.
Dari pantauan pihaknya, kondisi jalur Tumbang Nusa dan Bukit Rawi tidak berbeda. Maka untuk itu, solusi yang tepat adalah jembatan layang dengan capaian arus transportasi darat lancar, ketika dimusim penghujan. Wakil rakyat dari Dapil I yang meliputi Palangka Raya, Katingan, dan Gumas itu mengatakan, biaya meninggikan badan jalan itu sangat besar.
“Kenapa tidak sekalian langsung dibangun jembatan layang saja sehingga tidak mengurus persoalan yang sama di setiap tahunnya,” tegas politisi Golkar tersebut.
Selain itu dirinya juga menanggapi adanya potensi pro dan kontra perencanaan pembangunan sarana itu. Sebut saja soal protes warga pemilik lahan yang ada di sepanjang kawasan banjir Bukit Rawi.
Hal itu harus tetap dikomunikasikan dengan pihak pemilik lahan. Tentunya menggunakan teknik pembangunan yang ramah lingkungan dan tidak merugikan masyarakat yang berdomisli di wilayah itu.
Dijelaskannya jalan yang ada harus tetap difungsikan. Artinya tetap dapat digunakan, ketika musim kemarau dengan konsep dua jalur. Masyarakat pemilik lahan juga dapat memanfaatkan jalur itu ketika tidak banjir.
“Jadi tidak seperti jalan Tumbang Nusa yang dibawahnya tidak bisa digunakan oleh pemilik sekitar atau masyarakat yang melintas,” katanya.
Pihaknya optimis ketika jalan itu dibangun dan berfungsi dengan baik, maka masyarakat tidak keberatan. (ik)
Discussion about this post