KALAMANTHANA, Penajam – Proyek pembangunan sumur bor dengan menggunakan teknologi solar cell (Tenaga Surya) di Desa Api-Api RT 08 tepat di SMP Negeri 18 Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang menggunakan APBD tahun 2015 terkesan gagal. Nilai proyek itu diperkirakan lebih dari Rp100 juta rupiah dan selesai dibangun sekitar bulan Desember 2015.
Salah satu staf sekolah di tempat tersebut yang enggan disebut namanya mengatakan proyek tersebut sekitar Desember 2015 tidak berfungsi karena tidak ada airnya. “Tidak ada airnya. Dulu waktu dikerjakan, digali dan kedalamanya hanya sekitar 5 meter,” katanya kepada KALAMANTHANA, Jumat (31/3/2017)
Menurutnya, sumur bor itu tidak terlalu penting karena pihaknya sudah membuat sumur bor baru. Yang lebih penting adalah banyaknya kursi dan meja yang rusak dan tidak layak lagi digunakan untuk anak-anak didik serta banyak atap yang bocor di beberapa ruangan sehingga mengganggu dalam kegiatan belajar mengajar saat hujan.
“Sekolah ini diresmikan Bupati 27 November 2008, kami butuh perhatian pemda terkait meja,kursi yang banyak yang rusak, serta atap banyak yang bocor. Tentu saja cukup menggangu belajar mengajar saat musim hujan,” lanjutnya.
Sementara itu Kepala Desa Api-Api Budi Raharjo mengatakan dirinya tidak tahu jika ada proyek sumur bor di wilayahnya. Dia bahkan baru mengetahui saat dikonfirmasi KALAMANTHANA. Saat pengerjaan proyek tersebut, dirinya belum terpilih menjadi kades.
“Kami tidak tahu jika ada proyek tersebut, bahkan kami baru tahu sekarang jika proyek itu ada. Tidak ada laporan ke kami sementara itu di wilayah kami,” kata Budi.
Harapan Budi sebaiknya sumur bor tersebut difungsikan kembali karena jika menggunakan uang negara tentunya akan sia-sia. Dirinya juga menilai proyek itu tidak jelas karena tidak ada laporan.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Api-Api Abu Tholib. Selama ini, menurutnya, dirinya juga tidak mengetahui adanya proyek tersebut. Dia meminta kepada pihak yang terkait untuk menelusuri proyek sumur bor itu atau dilakukan audit. “Saya tidak tahu adanya proyek itu dan saya meminta kepada pihak yang terkait untuk menelusuri atau bahkan melakukan audit, apalagi itu proyek tidak berfungsi,” tegasnya.
Sedangkan ditempat yang berbeda, Mantan Kepala Sekolah SMP N 18 Waru, H.Nazuluddin menyangkal adanya proyek sumur bor yang mangkrak. Dimana dibeberkannya, pembangunan sumur tersebut merupakan swadaya sekolah sendiri. Sedangkan proyek yang dibilang menelan anggran hingga ratusan juta tersebut, merupakan bantuan pemerintah daerah untuk pembangunan solar panel di sekolah tersebut.
“Terlalu berlebihan itu, sumur bor dibangun secara terpisah dengan solar panel yang di berikan oleh pemerintah daerah,” tegasnya.
“Bahkan perlu dipertegas, tak ada pembangunan di SMP 18 yang mangkrak,” lanjutnya.
Walaupun diakuinya, dari laporan yang pihaknya terima sempat terjadi ledakan pada pembangunan sumur bor tersebut. “Memang sempat terdengar ada kerusakan, namun bukan mangkrak. Harus dibedakan,” tandasnya. (hr)
Discussion about this post