KALAMANTHANA, Penajam – Bukan tanpa alasan Yusran Aspar berjuang habis-habisan mendapatkan hak pengelolaan ladang migas yang hendak ditinggalkan Chevron. Keuntungan yang bisa diraih Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara luar biasa.
Salah satunya akan terjadi peningkatan fantastis pada pendapatan asli daerah (PAD). Dengan mengelola sumur migas di Terminal Lawe-Lawe, Kecamatan Penajam tersebut, PAD PPU potensial meningkat tajam menjadi Rp1,5 triliun. Sangat jauh di atas PAD yang eksisting saat ini, yakni hanya Rp68,12 miliar.
“Selain itu, manfaat lainnya jika kita mengelola (sumur gas) Chevron tersebut tentu saja penyerapan tenaga kerja lokal,” ujar Yusran.
Kepada KALAMANTHANA, Bupati PPU itu menyebutkan jika dikembangkan menjadi industri hilir, serapan tenaga kerja akan semakin dahsyat. Bisa terserap sekitar 35 persen tenaga kerja dari sekitar 11.000 tenaga kerja di PPU. Dan, menurutnya, Pemkab PPU memang tidak terpaku pada industri hulu, melainkan juga memikirkan industri hilirnya.
“Kita sangat serius untuk mengambil alih pengelolaan ladang migas Lawe-Lawe setelah kontrak Chevron Indonesie Company berakhir pada 2018, bukan hanya dengan membentuk perusahaan daerah dan menerbitkan peraturan daerahnya,” lanjutnya.
Selain itu Pemerintah Kabupaten PPU juga meminta akademisi Universitas Mulawarman Samarinda Aji Sofyan Effendi untuk menyusun kajian terkait pengelolaan ladang migas itu dan sudah disiapkan empat skenario pengelolaan, salah satunya konsorsium Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan PT Pertamina untuk mengelola empat lapangan migas.
Dalam pola konsorsium itu, 49 persen saham untuk daerah penghasil dan 51 persen untuk PT Pertamina atau pemerintah pusat. Dengan pola itu, PAD yang akan diperoleh pemerintah kabupaten mencapai Rp1,5 triliun, bahkan bisa mencapai Rp2,26 triliun.
Informasi yang diperoleh Yusran, Blok East Kalimantan Timur yang dikelola Chevron Indonesie Company memiliki 14 lapangan minyak dan gas lepas pantai seluas 11.000 kilometer persegi atau 2,8 juta hektare.
“Ke-14 lapangan migas lepas pantai tersebut tersebar di Kutai Basin, yakni Attaka, Bangkirai, Kerindingan, Mahoni, Santan, Sedandang, Seguni, Sepinggan, Serang, Yakin, Melahin, Pantai dan Seturian,” terang Yusran.
Saat ini yang eksisting adalah lapangan Attaka yang berlokasi di Kabupaten Kutai Kartenegara, lapangan Yakin dan Sepinggan yang ada di wilayah Penajam Paser Utara, serta lapangan West Seni di Selat Makassar.
“Khusus untuk lapangan Sepinggan dan West Seni, karena berada di wilayah 12 mil dari Pelabuhan Semayang, Kota Balikpapan, akan menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur,” pungkasnya.
Pada 2016, lapangan Attaka, Yakin, Sepinggan, dan West Seni memproduksi 17.700 barel minyak dan gas sebanyak 152,5 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Sementara sisa cadangan minyak di empat lapangan migas tersebut masih sekitar 63,6 juta barel dan gas sebanyak 2.317 mmscfd. (hr)
Discussion about this post