KALAMANTHANA, Palangka Raya – Sugianto Sabran kembali bergabung dalam keluarga besar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Bagaimana publik memandang langkah ‘si Moncong Putih’ ini?
Didapuknya kembali Gubernur Kalimantan Tengah itu ke dalam pelukan PDIP, bagi sebagian kalangan, tak terlepas dari kepentingan partai politik. Salah satu yang dibidik, bisa saja kepentingan Pilkada 2018.
Tak ada yang bisa memungkiri bahwa performa PDIP dalam sejumlah pilkada daerah penting, akhir-akhir ini, melorot. Kekalahan demi kekalahan dialami partai yang sejak kelahirannya menjadi PDIP ini selalu dipimpin Megawati Soekarnoputri itu.
Di Jakarta, pasangan yang mereka usung, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat kandas. Di Banten, calon gubernur yang mereka apungkan, Rano Karno, juga tak berkutik meski tampil dalam kapasitas sebagai calon petahana.
Hal serupa juga terjadi di Kalimantan Tengah. Kader PDIP, Farid Yusran, hanya bisa bertahan lima tahun di Barito Selatan. Pada Pilkada 2017 ini, Farid yang diusung si Moncong Putih kalah bersaing dengan Eddy Raya Samsuri-Aty Djoedir.
Tahun depan, ada 11 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah yang bakal menggelar pilkada, termasuk Kota Palangka Raya. Sebagian di antaranya adalah daerah yang jadi basis kekuatan PDIP seperti Murung Raya, Barito Timur, Gunung Mas, dan Lamandau. PDIP dituntut untuk mempertahankan dominasi politiknya, setidaknya di daerah yang sekarang mereka “kuasai” melalui kader-kader mereka yang jadi bupati.
Diakui atau tidak, pengaruh politik keluarga Narang sudah mulai menurun sejak berakhirnya kepemimpinan Agustin Teras Narang sebagai Gubernur Kalteng. Asdi Narang, Aries Narang, hingga Andina Theresia Narang, yang juga putra-putri Reinhard Atu Narang –Ketua DPD PDIP Kalteng, belumlah memiliki kemampuan setara untuk menjadi tandem Atu Narang sebagaimana yang dilakoni Teras Narang selama ini.
Bahwa kembalinya Sugianto Sabran yang pernah menjadi anggota DPR RI dari jalur PDIP itu pada periode sebelumnya, sedikit banyaknya akan dimanfaatkan untuk mendongkrak pengaruh politik PDIP, tak dibantah Sekjen PDIP, Hasto Kristyanto.
Hasto menyebutkan Sugianto dapat memberikan masukan ataupun usulan terhadap calon-calon yang akan diusung PDIP pada pilkada serentak 2018 serta terlibat aktif bergotong royong memenangkannya.
“Pemilihan Legislatif maupun Presiden, tentu saja ada kepentingan strategis partai. Semua kader-kader harus berjuang memenangkan Pilkada 2018, termasuk Pileg dan Pilpres 2019,” kata Hasto. Di antara kader itu, kini, ada nama Sugianto Sabran.
Sugianto, yang harus berhadapan dengan pasangan usungan PDIP Willy M Yoseph dan Wahyudi K Anwar pada Pilkada Kalteng lalu, mengakui hingga saat ini hati dan jiwa raganya selalu berada di PDIP. Dia tak pernah punya keinginan bergabung dengan partai politik lain meski pernah terpinggirkan di PDIP.
“Orang tua saya juga dari dulu juga di PDIP sehingga perjuangan partai ini telah melekat di hati anak-anaknya. Bagi saya, PDIP juga merupakan wadah untuk berjuang membangun Indonesia, khususnya Provinsi Kalteng,” tambahnya.
Orang nomor satu di provinsi berjulukan Bumi Tambun Bungai ini menegaskan dirinya akan tunduk dan mengikuti apapun yang menjadi keputusan DPP maupun DPD PDIP Kalteng. “Saya juga ingin sekali membangun Kalteng secara harmonis dalam bingkai Pancasila. Mengenai politik, kita sebagai kader PDIP harus siap terdepan bertarung,” kata Sugianto.
Tetapi, satu hal yang pasti di luar analisa kepentingan PDIP terhadap Sugianto Sabran menghadapi pilkada, pilpres, dan pemilu legislatif, adalah bahwa Kalimantan Tengah kini kembali dipimpin kader resmi PDIP. Bisa jadi, ini akan membuat suhu politik yang sesekali memanas, kini bisa adem ayem lagi. (ik)
Discussion about this post