KALAMANTHANA, Palangka Raya – Rusliansyah tak mau hanya mengandalkan Partai Golkar. Karena itu, demi mewujudkan keinginannya maju di Pilkada Palangka Raya 2018, dia pun mendaftar di PDI Perjuangan, Partai Nasdem, dan Partai Amanat Nasional. Apa alasannya?
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah partai teranyar yang didaftari Rusliansyah. Sebelumnya, anggota DPRD Palangka Raya itu mengaku sudah mendaftarkan diri di Partai Nasdem dan PAN. Tentu juga, dia mendaftar di Partai Golkar.
“Kami Partai Golkar hanya memiliki empat kursi di DPRD. Padahal, persyaratan minimal untuk maju adalah enam kursi. Itu sebabnya kami harus berkoalisi dengan partai lain apabila ingin mengusung calon kepala daerah,” kata Rusli di Palangka Raya, Selasa.
Rusli merasa beruntung. Sebab, hubungan politik antara PDIP dan Golkar di tingkat pusat sudah harmonis. Golkar bahkan jadi parpol pertama yang menegaskan mengusung kader PDIP, Joko Widodo, pada Pilpres mendatang. Karena itu, tidaklah salah jika dia juga mendaftar untuk berkoalisi dengan PDIP di Pilwalkot Palangka Raya.
“Sementara ini yang bisa dilakukan hanya mencoba berkoordinasi dengan partai lain untuk mengusung, namun politik ini sifatnya dinamis. Satu jam saja bisa berubah sehingga tidak bisa diprediksi secara pasti arah dukungan itu ke mana,” ucap Rusli.
Dia menyatakan, dirinya merasa terpanggil untuk maju sebagai Wali Kota Palangka Raya karena banyaknya dukungan dari masyarakat dan sahabat dekat. Selain itu, lanjutnya, ditambah lagi dirinya saat ini adalah Ketua Partai Golkar Kota Palangka Raya dan anggota DPRD setempat, sehingga juga mendapatkan panggilan untuk turut mengabdi dan membangun wilayah itu.
“Apabila memang nantinya saya diusung partai untuk mencalonkan diri, maka secara lahir batin sudah siap untuk berkompetisi,” ujarnya.
Begitu dinamisnya politik menjelang pilkada, Rusli akhirnya belum bisa memastikan apakah akan maju sebagai calon wali kota atau wakil wali kota. Menurutnya, semua itu akan sangat tergantung pada komunikasi politik, termasuk komunikasi parpol nantinya.
“Sebagai orang nomor satu atau nomor dua itu nanti saja dibahas, karena politik itu dinamis dan tidak bisa ditebak endingnya seperti apa. Artinya sementara kami siap untuk diajak komunikasi lebih mendalam oleh siapa saja,” ungkapnya. (ik)
Discussion about this post