KALAMANTHANA, Muara Teweh – Anggota DPRD Barito Utara, Abri, meminta pihak BPJS Kesehatan untuk segera membantu pengobatan pasien hydrosephalus Muhammad Fadil.
Pernyataan Abri itu disampaikan saat bersama sejumlah anggota DPRD Barut mendatangi Kantor BPJS Kesehatan setempat, Rabu (7/6/2017). Sebelum ke BPJS, untuk urusan yang sama, DPRD juga mendatangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muara Teweh.
“Kami mengharapkan kepada BPJS Kesehatan agar membantu yang bersangkutan dan diberikan prioritas penyelesaian BPJS Kesehatannya. Karena yang bersangkutan akan dirujuk ke RS di Palangka Raya,” kata anggota dewan dari Partai Persatuan Pembangunan ini.
Ia juga mengatakan agar hal ini menjadi perhatian serius dari pihak terkait agar pengobatan pasien tersebut dapat dibantu dan memastikan diberikan penganganan medis yang baik.
Fadil, warga Desa Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah, Barito Utara, adalah penderita hydrosephalus. Bocah yang belum genap berusia sebulan itu kini menjalani perawatan di RSUD Muara Teweh.
Sebelum ke BPJS Kesehatan, anggota DPRD Barut yang dipimpin Wakil Ketua Acep Tion mengunjungi Fadil. Selain Acep Tion dan Abri, kunjungan itu juga disertai anggota DPRD lainnya seperti Wardatun Nur Jamilah, Hj Nurul Ainy, Taufik Nugraha, Mustafa Joyo Muchtar, dan Lahmudin.
“Diharapkan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Muara Teweh dan BPJS Kesehatan dan pihak terkait lainnya dapat berkoordinasi untuk membantu pasien tidak mampu ini, karena hal ini harus segera ditangani dan sudah mengancam keselamatan Muhammad Fadil,” kata Taufik Nugraha.
Sebelumnya Direktur RSUD MUara Teweh, drg Dwi Agus Setijowati mengatakan pasien tersebut awalnya merupakan pasien rujukan yang menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM).
Pasien tersebut mengalami kesulitan saat hendak melahirkan, sehingga oleh dokter RSUD Muara Teweh melakukan penanganan operasi pembedahan. Setelah pembedahan itu, melihat ada kelainan pada kepala bayi, langsung dikonsultasikan dengan dokter Ivan SPpB selaku dokter spesialis bedah.
“Jika dilihat dari jenis penyakit diderita pasien, maka harus ditangani secara bedah khusus dengan melibatkan spesialis bedah saraf (SPBS), sementara peralatan yang ada dan lebih lengkap ada rumah sakit di luar daerah,” ujar Dwi.
Sebelumnya, Fadil sempat hendak dirujuk ke rumah sakit di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tapi, orang tua bayi tidak mampu berobat karena masalah keuangan. Biaya operasi memerlukan dana cukup besar sekitar Rp50 juta, sementara mereka belum memiliki BPJS Kesehatan. (ik)
Discussion about this post