KALAMANTHANA, Balikpapan – Kondisi lingkungan di Kota Balikpapan makin menyedihkan saja. Hujan sedikit, banjir mulai bermunculan. Benarkah pengembang proyek perumahan berperan sebagai salah satu penyebab banjir?
Tak tanggung-tanggung, tudingan itu muncul dari seorang pejabat Pemerintah Kota Balikpapan. “Mereka berkontribusi dengan bertambahnya titik banjir, tingginya muka air, dan lamanya air baru surut,” tegas Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Kota Balikpapan, Sri Sutantiah di Balikpapan, Sabtu (10/5/2017).
Saat ini ada 31 pengembang yang tengah melakukan pembangunan perumahan ataupun mengelola perumahan di Kota Balikpapan.
Mau tahu betapa nakalnya mereka? Menurut Sutantinah, Pemkot Balikpapan juga menemukan belum ada satu pun dari pengembang itu yang merealisasikan pembangunan bozem atau waduk penampung air sesuai janji mereka di rencana pembangunan masing-masing.
Padahal, pembangunan bozem adalah kewajiban dan yang pertama dilakukan sebelum aktivitas membangun perumahan dan fasilitasnya dilakukan.
Bozem itu, menurut perhitungan Dinas Pekerjaan Umum Balikpapan, bisa mengurangi jumlah air yang langsung masuk salurah air hingga 35 persen, sehingga bisa mencegah banjir.
“Ada yang membuat bozem, tapi luasannya tidak sesuai dengan siteplan, ada juga yang bozemnya tidak punya pintu air, artinya juga tidak sesuai dengan siteplan,” kata Sutantinah lagi.
Saat ini, apabila hujan lebat, titik banjir terparah terjadi Jalan MT Haryono di kawasan DAM, di mana ketinggian air bisa mencapai 50-100 cm di jalan raya. Parit-parit besar di kawasan itu melimpahkan air, sehingga merendam perumahan TNI dan masyarakat di sisi utara jalan itu. (ik)
Discussion about this post