KALAMANTHANA, Penajam – Lagu instrumen Buen begitu menyentuh Yusran Aspar. Dia sampai menyerupakannya laksana instrumen Kenny G. Maka, dia pun memerintahkan menjadikan instrumen ini sebagai lagu yang wajib diperdengarkan di kalangan pegawai pemerintahan.
“Saya minta kepada kita semua, terutama pegawai pemerintah daerah, untuk dijadikan lagu wajib, baik di tempat pertemuan maupun di tempat umum,” ujar Yusran saat memberikan sambutan pada pembukaan Buen Festival II di Desa Bangun Mulya, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Menurutnya, lagu instrumen Buen menjadi klop dengan salam daerah yang coba dia populerkan. Salam itu adalah “Ise Kabar Taka” yang dijawab dengan “Buen”.
Ketika datang ke PPU, tambah Yusran, siapapun bisa diperdengarkan instrumen lagu Buen. Dia diharapkan jadi jadi diri Kabupaten PPU.
“Jika kita datang ke Bali, kita disuguhkan budaya pantai. Di PPU semua ada, dari pantai, flora dan fauna, taman agrobisnis dan agroindustri, mangrove. Ada pohon besar pohon agatis yang sampai tujuh orang baru bisa memeluknya,” lanjut Yusran.
Yusran berharap budayawan asing yang ikut dalam Buen Festival kali ini untuk memperkenalkan PPU di luar negeri. Dia mengatakan pada tahun 2020 nanti, jalan penghubung yang mulus PPU-Kutai Barat bisa terhubung sampai ke Mahakam Ulu. Karena itu, wisatawan bisa melihat budaya Kalimantan asli suku Telinga Panjang hingga deretan Pegunungan Meratus dan arus deras terbaik di dunia di Mahakam Ulu.
“Kami harap kedatangan Anda di tahun-tahun mendatang dengan rombongan yang lebih besar lagi ke PPU. Insya Allah, kita ingin mandiri di bidang ekonomi, mandiri di bidang energi dan berkepribadian dalam budaya. Di Buen ini bukan hanya budaya lokal yang ditampilkan, tetapi semua budaya yang ada di Indonesia,” tegas Yusran.
Yusran juga sangat ingin agar Buen Festival untuk dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) karena harus serius dan tidak asal-asalan. Menurutnya, ini bagus untuk menarik wisatawan luar negeri karena merupakan festival berkelas nasional.
“Saya minta untuk dianggarkan di APBD karena ini budaya nasional. Kalau Erau di Kukar hanya budaya Kutai, sedangkan di PPU semua budaya dari suku-suku di Indonesia menyatu. Ini luar biasa,” pungkasnya. (hr)
Discussion about this post