KALAMANTHANA, Tana Paser – Sektor pertambangan batu bara sudah pasti akan mati seiring dengan habisnya sumber daya mineral yang tidak bisa diperbaharui itu. Jika Paser selama ini terbuai dengan pendapatan dari sektor pertambangan batu bara, maka hampir dipastikan pasca penutupan tambang batubara akan meninggalkan persoalan turunan.
Bahkan, menurut ketua Forum Corporate Social Responsibility (CSR) Paser Suriyanto saat rapat optimalisasi pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan atau CSR yang digelar di ruang rapat Sadurengas Kantor Bupati baru-baru ini, potensi batu bara di wilayah Paser hanya bertahan hingga 70 tahun
“Selama ini Paser hanya tergantung bagi hasil keuangan dari sumber bagi hasil tambang. Karena itu saatnya Paser segera menggali sektor lain, sebagai penopang pendapatan daerah seperti pengembangan sektor pertanian dalam arti luas,” kata Suriyanto.
Menurut kepala Divisi CSR PT Kideco ini, tambang batu bara tidak bisa diandalkan terus-menerus. Harga yang merosot dan komoditas yang akan habis, tidak akan membuat pundi pendapatan daerah akan berkelanjutan. Suatu saat tambang akan tutup.
“Saatnya Paser mengelola potensi daerah melalui sektor pertanian dalam arti luas. Selama ini air tawar kita hanya terbuang percuma ke laut. Sudah saatnya dikelola untuk kepentingan pertanian dan lainnya seperti pariwisata dan pembangkit listrik. Kota Malang pendapatan asli daerahnya hanya dari sektor pertanian dan periwisata, tak heran kota Malang tidak terpengaruh bagi hasil dari pusat, “ katanya.
Menanggapi harapan ketua forum CSR saat itu, Bupati Paser Yusriansyah Syarkawi mengatakan, saat ini pembangunan di Kabupaten Paser secara bertahap memprogramkan pembangunan sektor pertanian dalam arti luas, termasuk perkebunan, kelautan dan perikanan.
“Arah pembangunan kita secara bertahap mengarah kepada kesejahteraan rakyat. Untuk pemanfaatan air bersih, saat ini pemerintah pusat akan membangun Bendungan Lambakan pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Telake, Kecamatan Long Kali, dan bendungan ini selain akan difungsikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), penyediaan air irigasi dan perikanan, serta penyedia air baku untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah Kaltim,” sebut Bupati.
Untuk diketahui, selama ini sumber pendapatan Paser masih berasal dari sektor pertambangan sebesar 70 persen. Pendapatan sektor pertambangan itu berasal dari komoditas batu bara. Tak heran, saat harga batu bara menurun, bagi hasil mendapat pengurangan, berdampak pada APBD Paser. Tak heran, APBD Paser 2016 yang sebelumnnya sebesar Rp2,5 Triliun, tahun 2017 hanya mencapai Rp1,4 Triliun dan akan berlanjut pada anggaran 2018. (hr)
Discussion about this post