KALAMANTHANA, Pontianak – Korban banjir bandang kawasan Sungai Jelai, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar) menjerit. Mereka membutuhkan bantuan membangun rumah yang rusak diterjang banjir.
“Informasi dari lapangan, untuk sembako mencukupi, masyarakat saat ini membutuhkan bantuan untuk membangun kembali rumah-rumah mereka yang rusak karena diterjang banjir bandang beberapa waktu lalu,” kata Direktur Dayakologi Kalbar Benyamin Efraim, di Pontianak, Selasa (12/9/2017).
Menurut dia, pemerintah maupun pihak perusahaan harus bertanggungjawab atas musibah atau bencana ekologis di Tanjung Jelai tersebut. “Perusahaan dan pemerintah harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut hingga saat ini belum ada. Pemkab Ketapang hingga saat ini hanya sekadar melihat bencana tersebut sebagai bencana biasa,” katanya.
Dia menambahkan, sejak puluhan tahun ini belum pernah terjadi banjir bandang di kawasan itu. Banjir bandang di Sungai Jelai ini baru pertama kali terjadi. “Padahal waktu itu hujan tidak terlalu lebat, tetapi banjir tiba-tiba terjadi, sehingga menghanyutkan tujuh rumah, dan enam rumah rusak berat,” katanya.
Menurut informasi di lapangan, banjir bandang terjadi di hulu Sungai Jelai yang sewaktu kejadian setinggi dada manusia. Namun sore harinya sudah surut karena turun ke hilir sungai.
Benyamin menambahkan, banjir bandang yang terjadi menandakan hutan penyangga yang selama ini terawat di hulu Sungai Jelai sudah rusak akibat perambahan.
“Bencana ekologis sudah terjadi dan akan terus mengancam masyarakat sekitar, tetapi hingga kini perusakan hutan dan tanah terus berlangsung, sehingga harus ada pertanggungjawaban dari yang telah merusak dan dari negara,” ujarnya.
Discussion about this post