KALAMANTHANA, Muara Teweh – Sangat berat derita yang ditanggung bocah Aufa Azkiya (5), warga Kelurahan Melayu, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Sejak usia tujuh bulan dia terkena penyakit hidrosefalus atau biasa disebut ‘kepala air’.
Pada umur tujuh bulan, Aufa, anak semata wayang dari pasangan Marhat dan Mahrita mulai menanggung derita terkena hidrosefalus. Hidrosefalus adalah penyakit akibat gangguan aliran cairan dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang sundural. Efek jangka panjang, hidrosefalus dapat menyebabkan gangguan kecerdasan, kepribadian, epilepsi, kerlambatan tumbuh kembang, kosmenik, bahkan kematian.
Mahrita menuturkan, dalam perkembangan hingga usia lima tahun, tubuh anaknya kurus, karena Aufa hanya bisa mengonsumsi cerelac dan susu. “Saat lahir, kondisi anak saya normal tetapi begitu masuk umur tujuh bulan dia terkena penyakit sampai sekarang umur lima tahun,” ujarnya di kediamannya, Jalan Sengaji Hulu, RT 18, Muara Teweh, Selasa (5/12/2017).
Keluarga Mahrita mengharapkan uluran tangan para donatur baik dari pemerintah maupun pihak-pihak lain yang peduli, karena secara ekonomi keluarganya tidak mampu membayar biaya pemeriksaan RS. Mereka berencana membawa Aufa untuk kontrol di RS Ulin Banjarmasin.
Mahrita mengaku, keluarganya tidak punya biaya untuk memeriksakan Aufa ke RS. Hidup sehari-hari mereka dilewatkan dalam sebuah rumah barak kontrakan terbuat dari kayu. Marhat selaku kepala keluarga memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai tukang apabila ada borongan dan bekerja serabutan bila tidak ada borongan. Mahrita sendiri sebagai ibu rumah tangga menghabiskan waktu mengurus rumah dan Aufa yang memerlukan perhatian khusus.
Mahrita menambahkan, pada 2015 Aufa sempat dioperasi dan dirawat selama tiga bulan di RS Ulin Banjarmasin. Semua biaya ditanggung BPJS Kesehatan. Tetapi sejak itu pula, anaknya belum pernah lagi dikontrol ke RS, karena kendala biaya. Jika membawa Aufa ke RSUD Muara Teweh, muncul kendala karena alat pemeriksaan hidrosefalus belum lengkap. “Selama ini, dr Hesti dari Puskesmas Melayu yang sangat peduli. Beliau sering ke sini kalau kami tidak bisa ke puskesmas,” kata Mahrita.(mki)
Discussion about this post