KALAMANTHANA, Penajam – Untuk menjamin layak dan tidaknya makanan dan minuman yang sering dikonsumsi anak-anak sekolah, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Penajam Paser Utara melakukan sidak dan investigasi terhadap para pedagang makanan dan minuman, baik yang dijual di kantin-kantin sokolah maupun pedagang asongan di luar area sekolah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Surito melaui Kepala Bidang Konsumsi dan Ketahan Pangan Sutaji menegaskan nenindaklanjuti permintaan Camat Waru Suminto, ada indikasi makanan dan minuman yang dijual pedagang di sekolah kadaluarsa dan dikhawatirkan mengandung zat-zat berbahaya seperti bahan pengawet dan pewarna.
“Jajanan tersebut jika tidak segera dipantau kandungannya maka jika mengadung zat-zat berbahaya, yang mengkonsumsi makanan tersebut akan menemui akibatnya bukan langsung saat ini juga namun akan terlihat gejalanya 10 hingga 20 tahun akan datang. Zat-zat tersebut lambat laun akan menumpuk pada tubuh sehingga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit antara lain diabetes, stroke, gangguan syaraf, kerusakan ginjal, kerusakan hati dan lain lain karena terjadi penyumbatan-penyumbatan pada pembuluh darah dan kerusakan fungsi organ tubuh lainnya,” terang Sutaji.
Sasaran investigasi ini mengarah kepada sejumlah pedagang jajanan segar yang harus diteliti, yang diuji lab panganan segar hasil olahan ibu-ibu rumah tangga. Sebab, menurut Sutaji, biasanya ibu-ibu pengelola jajanan pada umumnya terkesan tidak higienis.
“Kebanyakan anak-anak SD itu tahunya beli, rasa enak dan kenyang, sedangkan mereka tidak mengetahui makanan itu bergizi atau tidak, berbahaya bagi kesehatan atau tidak. Keamanan pangannya tidak mereka perhitungkan. Inilah tujuan kami melakukan sidak keamanan pangan,” kata Sutaji.
Hal senada diungkap Kasubbid Keamana Pangan, Gajali. Untuk memastikan jajanan anak sekolah yang dijual tidak mengandung bahan pengawet seperti borak dan formalin, tidak mengandung bahan pencita rasa, pemanis dan kemudian tidak mengandung bahan pewarna, yang biasanya digunakan untuk pewarna tekstil. Biasanya bahan-bahan tersebut sering ditambahkan pada makanan sepereti pentolan, redamin biasanya dicampur pada saos.
“Salah satu cara memantau makanaan yang mengandung zat-zat berbahaya itu antara lain melihat indikasinya seperti pentol yang ditaruh di etalase kaca kemudian jangka waktunya bisa lama ini mengindikasikan bahwa pentolan tersebut bisa diindikasikan mengandung bahan pengawet. Tepati jika lebih banyak ditaruh di dalam dandang atau alat perebus maka boleh dikata itu aman dan tidak mengandung bahan pengawet,” terang Gajali.
Kegiatan ini menyasar pada sekolah-sekolah SD yang banyak pedagangnya. Tim investigasi sudah mendatangi SD 001, 002, 004 dan SD 005 Waru. Petugas telah mengambil sampel makanan dan minuman yang dijual sekitar 20 pedagang.
“Dari sekolah sampel-sampel yang diambil sudah diuji rapi cepat. Kami sudah uji rodamin B, uji borak, uji metel yelu dan zat pencitarasa. Ternyata hasilnya sementara perkegiatan tersebut hasilnya negatif, tidak mengandung zat-zat berbahaya yang dimaksud. Semoga dengan seringnya kita melakukan investigasi kita harapkan penjual tidak menjual makanan dan minuman berbahaya bagi kesehatan anak-anak kita,” ujar Sutaji. (adv/humas8/hr)
Discussion about this post