KALAMANTHANA, Sampit – Aksi seorang istri yang nekat menabrakkan Toyota Fortunernya dengan mobil pikap yang dikemudikan suaminya di Sampit dan viral di media sosial, adalah bukti kebangkitan The Power of Emak-emak menghadapi pelakor. Tak sedikit peristiwa emak-emak yang menjadi beringas atas kehadiran orang ketiga tersebut.
Peristiwa di Sampit itu melibatkan pasangan suami-istri MN (46) dan istrinya AS (40), warga Jalan H Imbran, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kotawaringin Timur. Pemicunya diduga pertengkaran dalam keluarga.
Salah satu pemantik pertengkaran itu, kuat dugaan, adalah kehadiran orang ketiga. Karena itu, AS, sang istri, nekat menguber mobil pikap suaminya saat melihat ada wanita duduk di sebelah MN. Tak hanya menguber, AS yang saat itu mengendarai sambil menjaga anaknya yang masih balita, menabrakkan mobil tersebut sehingga mengalami rusak cukup parah. MN bahkan terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit.
Bukan kali ini saja emak-emak menunjukkan kebangkitannya. Belum lama ini, seorang istri aparat nekat menyebarkan perihal kehidupan rumah tangganya di laman medsos facebook karena suaminya ketahuan berselingkuh dengan janda beranak satu.
Tak jarang kasus pelakor (perebut laki orang) ini membuat para istri geram dan melakukan perlawanan. Seperti yang dilakukan seorang wanita asal Aceh. Sakit hati karena suaminya berselingkuh, dengan sadis ia menganiaya wanita yang diduga sebagai perusak rumah tangganya. Bukan hanya itu, ia juga menelanjangi si pelakor. Naasnya perlakuan kasar itu dilakukan dihadapan anaknya sendiri. Bahkan ia menyuruh anaknya untuk menggundul rambut pelakor tersebut.
Kembali ke Kalimantan Tengah, cara unik dilakukan seorang wanita di Pangkalan Pun, Kotawaringin Barat. Menjanda karena suaminya direbut wanita lain, Lia Pujiani (27), tidak merangsek wanita pelakor, apalagi mencelakainya. Dia justru menjadikan pengalaman yang dia alami sebagai ilham untuk menjalankan usahanya. Lia menunjukkan dirinya sebagai wanita yang tangguh. Wanita yang kuat. The Power of Emak-emak.
Dia mendirikan warung makan yang diberi nama “Ayam Pelakor” di Pangkalan Bun. Awal tahun ini, tepatnya 10 Januari lalu, warung ini diluncurkan. Ini merupakan bentuk semangat baru dari Lia setelah sebulan yang lalu sempat putus asa karena keluarganya hancur dan pisah dengan suami akibat pelakor.
Warung makan yang terletak di Jalan Alpandi Sarjen, Kelurahan Raja Kecamatan Arut Selatan (Arsel) atau tepatnya di depan SMA Negeri 1 Pangkalan Bun ini berdiri berkat bantuan teman-teman dan keluarga yang mensuportnya dan meminjamkan modal untuk ia bisa kembali bangkit dari keterpurukannya. Hingga ia berinisiatif membangun usaha warung makan “Ayam Pelakor” tersebut untuk menunjukan bahwa ia tetap bisa bertahan hidup tanpa suaminya.
“Ide untuk membuat Warung Ayam Pelakor ini berawal dari pengalaman yang saya alami karena pernah menjadi korban pelakor. Sehingga membuat keluarga saya hancur, sampai akhirnya pisah dengan suami. Namun saat ini masih pisah secara agama, secara hukum perkawinan di pengadilan belum, masih dalam proses,” ujarnya.
Meskipun baru buka, “Warung Ayam Pelakor” ramai diserbu karena namanya yang unik dan harganya bersahabat. Ditambah dengan sambal khas yang disajikan super pedas semakin membuat masyarakat tertarik membelinya.
“Saya bersyukur pertama kali buka hari ini, langsung diminati masyarakat. Mungkin karena unik, disamping itu saya juga menyajikan makanan dengan harga terjangkau oleh masyarakat, khususnya para siswa. Karena harga kita, memang harga buat siswa. Untuk sepaket ayam goreng hanya Rp 12 ribu, dan ayam Tumini Rp 18 ribu,” paparnya. (ik)
Discussion about this post