KALAMANTHANA, Palangka Raya – Program keluarga berencana (KB) ternyata sangat berkaitan dengan tingkat angka kematian ibu (AKI). Semakin program KB berhasil, semakin menurun pula tingkat kematian ibu.
Sayangnya, hingga kini rata-rata cakupan KB nasional masih di angka 60 persen. Berdasarkan peta global, kematian ibu saat hamil, melahirkan dan masa nifas di Indonesia setara dengan negara-negara seperti Bangladesh, India, Pakistan.
Dalam data Kementerian Kesehatan tahun 2017, AKI masih sekitar 259-305 per 100.000 kelahiran. Jauh dari target 102 per 100.000 kelahiran. Perilaku reproduksi menjadi penyumbang AKI terbanyak, yakni 4T (hamil terlalu banyak, terlalu rapat, terlalu muda, dan terlalu tua).
Survei Demografi dan Kependudukan 2012 menunjukkan sekitar 32,5 persen AKI terjadi akibat melahirkan terlalu tua dan terlalu muda, dan sekitar 34 persen akibat kehamilan karena terlalu banyak (lebih dari tiga anak).
Guru Besar Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, Prof Dr Biran Affandi SpOG(K), membenarkan hal tersebut. Oleh karena itu, menurutnya, diperlukan strategi mengubah perilaku reproduksi untuk menekan AKI, yaitu dengan perencanaan kehamilan atau keluarga berencana (KB).
“Peran KB sangat penting dalam menurunkan AKI. Jika KB gagal maka AKI tidak akan turun. Jangan harap AKI akan turun kalau KB jeblok,” kata Biran beberapa waktu lalu.
Survei BKKBN tahun 2015, 51 persen remaja putri di perkotaan sudah melakukan hubungan seksual dan di pedesaan sekitar 40 persen. Ketika terjadi kehamilan tidak diinginkan, mereka tidak memiliki kesempatan menjadi remaja, tetapi langsung berperan sebagai ibu dengan segala kompleksitasnya.
Padahal kehamilan terbaik, menurut Biran, adalah pada usia 20 tahun-35 tahun, ketika seorang perempuan sudah siap secara fisik dan mental.
Saat ini ada pilihan berbagai alat KB yang modern, mulai dari pil, suntik, susuk (implan), kondom hingga sterilisasi yang aman dan nyaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan KB.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD, implan, dan sterilisasi (vasektomi dan tubektomi) adalah metode paling efektif menjarangkan kehamilan. Sayangnya pengguna MKJP di Indonesia kalah jauh dari metode KB dan suntik. (ik)
Discussion about this post