KALAMANTHANA, Muara Teweh – Kasus difteri nyaris terjadi di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Beruntung pihak RSUD Muara Teweh (Mute) bisa berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, sehingga tidak menimbulkan masalah.
Direktur Rumah Sakit Daerah (RSUD) Muara Teweh drg Dwi Agus Setijowati mengakui, pihaknya sempat dikejutkan dengan temuan seorang pasien suspect difteri yang berasal dari Kecamatan Lahei. Peristiwanya terjadi sekitar akhir Februari 2018. “Pasien tersebut langsung mendapat penanganan secara intensif selama tiga hari di RSUD Mute,” ujar Dwi di Muara Teweh, Rabu (28/3/2018).
Menurut Dwi, terkait dengan peristiwa tersebut, pihaknya langsung menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, yakni Dinas Kesehatan Barut yang segera melaporkan kepada Pjs Bupati Barut dan Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, sehingga mendapat bantuan obat-obatan dari Dinas Kesehatan Kalteng. Setelah perawatan selama tiga hari, pasien dipulangkan dan diberikan imunisasi guna mengantisipasi terjadi suspect. “Berkat penanganan serta tingkat koordinasi yang cepat dan tanggap, pasien suspect difteri berhasil ditangani di RSUD Mute,” kata ibu dua putri ini.
Sekretaris Diskes Barut Siswandoyo membenarkan, adanya seorang pasien terkena suspect defteri. “sang pasien berhasil ditangani selama tiga hari di RS. Kemudian ditindaklanjuti dengan pemberian imunisasi termasuk warga sekitar di Kelurahan Lahei II,” katanya.
Berdasarkan komunikasi dengan pihak keluarga, pasien tersebut sudah mendapatkan imunisasi lengkap, tetapi beum diketahui kenapa sampai menjadi suspect. Sedangkan menurut pengakuan orang tua pasien, anaknya tak pernah keluar dari Barito Utara, selain pulang pergi ke Benao, Kecamatan Lahei Barat.
Siswandoyo mengatakan, riwayat suspect difteri tidak mesti terjangkit dari luar, tetapi bisa karena kondisi vaksin dengan tingkat suhu yang rendah membuat vaksin tersebut menjadi kurang ampuh terhadap kekebalan tubuh. “Penyakit difteri bukan karena orang tuanya terjangkit, tetapi bisa lantaran faktor vaksin tadi. Difteri menyerang anak sejak 0-19 tahun, sehingga pemerintah memberikan vaksin kepada balita berupa vaksin difteri dan tetanus,” sebutnya.(mel)
Discussion about this post