KALAMANTHANA, Tenggarong – Sekali Giantoro alias Anto “bernyanyi”, dua-tiga rahasia soal peredaran narkoba jenis sabu-sabu di Loa Kulu, Kutai Kartanegara, terbongkar. Sabu-sabu tersebut ternyata “dialirkan” dari Samarinda, Kalimantan Timur.
Anggota Unit Reskrim Polsek Lua Kulu Polres Kutai Kartanegara, memang baru saja menangkap Anto (37). Warga Jalan Gunung Belah, Tenggarong, ini ditangkap aparat di depan Hotel Raymona di Desa Sepakat, Kecamatan Loa Kulu pada Kamis (29/3) malam sekitar pukul 19.00 WIB.
Kapolres Kutai Kartanegara, AKBP Anwar Haidar didampingi Kapolsek Lua Kulu, AKP Ade Harri Sistriawan membenarkan penangkapan tersebut. Menurutnya, penangkapan tersebut berawal dari informasi yang masuk dari masyarakat.
“Dari Anto, kami sita empat paket sabu-sabu seberat satu gram. Saat itu dia tertangkap basah mengedarkan sabu,” Ade Harri, Jumat (30/3).
Setelah diamankan dan dilakukan pemeriksaan, tersangka Anto “bernyanyi”. Dia bilang kalau narkoba tersebut ia dapat dari rekannya bernama Akhmadi alias Madi (38), warga Desa Liang Ulu, Kecamatan Kota Bangun yang juga bertempat tinggal di Apartemen Pandan Wangi, Samarinda.
Tidak menunggu lama, aparat langsung memburu dan menangkap tersangka Madi yang saat itu berada di Jalan Ahmad Muksin Kelurahan Timbau, tepatnya depan ATM Bank BCA Tenggarong. Madi lalu menjelaskan narkoba miliknya berupa sabu dan ineks alias ekstasi disimpan di Apartemen Pandan Wangi Samarinda.
“Jadi anggota kami meluncur lagi ke Samarinda, sesuai alamat disebut tersangka bernama Madi. Di tempat tersebut ditemukan lagi delapan paket sabu dan lima butir ekstasi, kemudian peralatan untuk nyabu serta barang bukti lainnya, termasuk dua sepeda motor digunakan para tersangka,” ungkap Ade Harri.
Atas perbuatannya mengedarkan narkoba, kini Anto dan Madi mendekam di tahanan Polsek Loa Kulu dan terancam pidana penjara di atas 5 tahun, karena melanggar Pasal 112 Junto (Jo) Pasal 114 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009, tentang Narkotika.
Kedua pelaku ini mengaku terpaksa jadi pemain narkoba, lantaran terdesak kebutuhan ekonomi. “Saya sangat menyesal. Karena tak punya pekerjaan tetap, makanya saya jadi begini,” ucap Anto. (ik)
Discussion about this post