KALAMANTHANA, Palangka Raya – Ketua Komisi III Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia,’Mukhlis Paeni mendorong agar kearifan lokal yang dimiliki Kalimantan Tengah dapat diangkat dalam bentuk sebuah film baik layar lebar ataupun layar kaca. Apalagi ia menilai Kalimantan Tengah memiliki banyak sumber penciptaan yang bisa dituangkan dalam industri film.
“Deposit budaya yang kaya raya di sini, haruslah terus menerus dikret, dijadikan produk-produk budaya terutama dalam ekonomi kreatif sehingga deposit budaya dapat bermanfaat untuk orang banyak,”kata Mukhlis.
Hal itu disampaikannya saat menjadi pemateri dalam kegiatan forum diskusi dalam rangka implementasi penyerapan kearifan budaya di Hotel Luwansa Palangka Raya, Kamis (3/5/2018).
Menurutnya, saat ini terjadi kerisauan terhadap produk film, baik di layar lebar maupun layar kaca. Dengan judul yang fenomenal. Ini dapat diganti dengan mengangkat judul berdasarkan kearifan lokal yang dimiliki Kalimantan Tengah, seperti Tambun Bungai. Untuk itu butuh suatu pemikiran dengan cara mengekspor dalam bentuk sebuah film.
Dengan masuknya teknologi dan informasi, diakuinya tidak satupun yang bisa melawan arus informasi globalisasi dan bisa membendung. Dalam beberapa film yang dijumpai sekarang ini, bisa dikatakan masih sangat sedikit yang memuat kearifan lokal.
“Tidak semua yang ditayangkan di layar tivi itu layak untuk semua orang. Lembaga film telah memberikan satu klasifikasi. Yang merepotkan ada tontonan untuk umur 21 tahun, bisa bebas ditonton anak-anak yang berumur 13 tahun. Karena itu kami mengajak yang ada di sini menjadi mitra sensor film,”imbuhnya.(tva)
Discussion about this post