KALAMANTHANA, Surabaya – Entah apa yang ada di benak AKBP Roni Faisal pada pagi itu. Dia dengan berani menarik seorang bocah perempuan dan menggendongnya menjauh dari lokasi ledakan, usai ledakan awal yang terjadi di Markas Polrestabes Surabaya, Jalan Veteran, Senin (14/5) pagi.
Bocah perempuan yang diduga anak dari pelaku terduga teroris dan diikutkan orang tuanya dalam aksi itu, tiba-tiba terbangun usai ledakan awal. Dia terpelanting dan jadi satu-satunya anggota keluarga yang selamat dalam peristiwa itu.
Tanpa berpikir keselamatan nyawanya, Roni yang berada tidak jauh dari lokasi ledakan langsung berlari dan menggendong anak tersebut untuk menjauh dari titik ledakan.
Sontak, aksi Roni yang terekam kamera pemantau atau CCTV milik Polrestabes ini tersebar, dan menjadi viral di media sosial, bahkan beberapa netizen menyebut sebagai aksi heroik.
Mendengar aksinya menjadi viral di media sosial, Roni yang menjabat sebagai Kasat Narkoba di jajaran instansi itu tidak merespon, dan hanya menyampaikan upayanya itu sebagai panggilan hati, karena posisi bocah saat itu berlumuran penuh darah.
“Tujuan saya cuma satu, kemanusiaan dan rasa iba karena melihat kondisi anak yang penuh darah,” kata kepada wartawan.
Usai aksi penyelamatan itu, terdengar kembali ledakan susulan hingga radius 200 meter dari Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya sekitar pukul 10.05 WIB, dan diduga berasal dari bom yang sebelumnya dibawa pelaku, namun belum sempat meledak.
Berdasarkan rekaman CCTV, pelaku bom bunuh diri berusaha masuk ke Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, namun diadang petugas penjaga di depan gerbang, dan kemudian meledak.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan pelaku penyerangan bom di Mapolrestabes Surabaya merupakan satu keluarga, dengan membawa dua sepeda motor dan bom peledak.
“Ada lima orang. Mereka ini masih satu keluarga, lagi masih diidentifikasi oleh kita,” ujar Tito.
Dalam aksinya, lima orang itu meledakkan diri dan empat di antaranya meninggal dunia, namun bocah perempuan yang terindentifikasi bernama Ais terlempar, dan masih diselamatkan anggota kepolisian.
Selamatnya bocah perempuan berusia 8 tahun dari aksi pemboman di Mapolrestabes Surabaya itu juga mendapat respon dari Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera.
Menurutnya, selamatnya Ais, nama bocah dalam peristiwa itu ada campur tangan dan rencana dari Tuhan, sehingga di tengah bom diledakkan masih bisa terlempar tiga meter, kemudian digendong AKBP Roni Faisal.
“Saat ini kami terus pantau perkembangan anak tersebut. Kami semua berharap Ais (8) yang saat ini tengah dirawat intensif di Rumah Sakit PHC Surabaya bisa diselamatkan,” katanya, mengharapkan.
Dengan terlemparnya hingga tiga meter, Ais memerlukan perawatan intensif secara khusus untuk mengembalikan kesehatannya semula.
Barung meminta masyarakat di Jatim untuk terus mendukung langkah kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban, agar selalu bisa melumpuhkan teroris.
“Kami dapat melumpuhkan empat teroris, dan bersyukur selalu mendapat dukungan yang mengalirkan terus. Mari sama-sama melawan teroris, dan kami pastikan akan terus melakukan penegakan hukum,” ujarnya.
Peristiwa ledakan di Markas Polrestabes Surabaya, merupakan peristiwa keempat yang terjadi secara berturut-turut dalam dua hari terakhir di Surabaya. Sehari sebelumnya tiga bom meledak di tiga tempat yakni di Gereja Santa Maria Tak Bercela Ngagel, GKI Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuna.
Total korban ledakan di Markas Polrestabes sebanyak 10 orang, yang terdiri dari empat anggota polisi dan enam masyarakat dan dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.
Empat anggota kepolisian itu masing-masing Bripda M Maufan, Bripka Rendra, Aipda Umar dan Briptu Dimas Indra, dan korban dari masyarakat ada enam orang antara lain Atik Budi Setia Rahayu, Raden Aidi Ramadhan, Ari Hartono, Ainur Rofiq, Ratih Atri Rahma dan Eli Hamidah. (ik)
Discussion about this post