KALAMANTHANA, Muara Teweh – Tidak ada korelasi langsung antara peristiwa digaruknya lima pasangan bukan suami-istri di sebuah hotel di Muara Teweh dengan lokalisasi Merong alias Lembah Durian. Tapi, dalam pandangan Supriadi, seorang warga Barito Utara, bisa saja dua lokasi itu akan memiliki irisan di masa mendatang.
Irisan tersebut, menurut Supriadi, bisa terjadi saat pemerintah mewujudkan rencana menutup lokalisasi di Muara Teweh itu. Dia mencium jika lokalisasi tutup, hotel-hotel tertentu di Muara Teweh bisa saja menjadi sarana ajang prostitusi tak resmi.
“Sekarang saja tak sedikit hotel-hotel yang dijadikan tempat bercumbu pasangan-pasangan tak resmi ini. Apalagi kalau nanti lokalisasi itu ditutup, saya khawatir akan banyak hotel yang dimanfaatkan orang untuk aktivitas semacam itu,” sebut seorang pekerja swasta itu di Muara Teweh, Kamis (23/8/2018).
Sejumlah hotel, menurutnya, terlalu longgar dalam menerima tamunya. Mereka tak bisa memastikan apakah pasangan laki-laki dan perempuan yang masuk dan menyewa kamarnya adalah suami-istri yang sah atau bukan. “Tentu saja ini mengkhawatirkan kita,” tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, lima pasangan mesum itu terjaring saat operasi Cipta Kondisi yang menyasar penginapan yang diduga dijadikan tempat esek-esek, digelar Satuan Reskrim Polres Barut dengan melibatkan 20 anggota polisi. Di penginapan, polisi mengecek satu-persatu kamar sekaligus meminta para tamu menunjukan kartu identitas.
Lima pasangan yang sedang berduaan di dalam kamar tidak bisa menunjukkan identitas pasangan, sehingga langsung digaruk dan dibawa ke Mapolres Barut. “Kami melaksanakan operasi Cipkon dibantu Satuan Sabhara. Dalam razia identitas terhadap masing-masing penghuni kamar, kami menemukan lima pasangan yang diduga tidak sah,” Ardianto.
Lokalisasi Merong adalah satu di antara tiga lokalisasi yang masih berfungsi di Kalimantan Tengah. Rencananya, lokalisasi yang terletak di jalan lintas Muara Teweh-Puruk Cahu itu akan ditutup sebelum 2019 sesuai tenggat yang ditetapkan pemerintah.
Penutupan Merong mendapat dukungan dari sejumlah pihak, termasuk Ketua DPRD Set Enus Yuneas Mebas. “DPRD mendukung rencana penutupan lokalisasi prostitusi, tetapi dengan catatan harus memanusiakan para bekas PSK. Jangan sampai setelah dipulangkan ke daerah asal, mereka justru kembali ke pekerjaan semula,” katanya kepada KALAMANTHANA belum lama ini.
Tentu, akan lebih berbahaya lagi, setelah penutupan Merong, mereka akan beroperasi dari satu kamar hotel ke kamar hotel lainnya. (mel)
Discussion about this post