KALAMANTHANA, Sampit – Anjloknya harga buah sawit di tingkat petani lokal membuat miris. Pemerintah daerah Kotawaringin Timur perlu memberi perhatian terhadap nasib petani ini.
Para petani menjual buah sawit tersebut kepada perusahaan swasta terdekat dengan harga hanya Rp500 perkilogramnya. Tentu saja, ini jadi keluhan petani karena mereka merasa rugi.
“Sudah sejak sebulan terakhir ini harga buah sawit di tingkat petani anjlok. Kami meniual ke perusahaan terdekat,” ujar Joni, salah seorang warga Desa Cempaga Hulu, Jumat (21/9/2018).
Dia berharap pemerintah daerah segera mencari solusi untuk petani sawit lokal, misalnya dengan membuat atau menetapkan regulasi harga menyesuaikan dengan harga yang semestinya di pasaran. Dengan begitu, PBS tidak bisa mempermainkan harga seenaknya.
“Kalau harga terus anjlok, beli pupuk saja kami tidak bisa. Kami benar-benar merasa serba sulit saat ini,” tutur Joni.
Ketua DPRD Kotim HM Jhon Krislie mendesak pemerintah daerah harus berani memberikan terobosan baru yang bermamfaat untuk masyarakat banyak, salah satunya dengan mendirikan badan usaha milik daerah (BUMD) yang bergerak di bidang perkebunan, yaitu mendirikan pabrik sawit unttuk menampung hasil kebun para petani lokal tersebut.
“Di daerah Sumatera, justru ada pabrik cpo tidak ada lahan. Mereka bekerja sama dengan petani lokal saja. Kotim juga harus bisa seperti itu. Selain membantu petani juga keuntungan untuk daerah juga jelas sumber pendapatannya.” kata Jhon.
Ditambahkannya, pemerintah daerah harus mendukung rencana BUMD tersebut sebab sebelumnya DPRD Kotim sudah mengeluarkan produk hukum yaitu peraturan daerah soal BUMD tersebut. “Perdanya sudah ada, tinggal pelaksanaannya saja. Supaya tidak membenani APBD, bisa nantinya kita bekerja sama dengan pihak ketiga terkait pembangunan pabrik tersebut asalkan pemeritah daerah, juga Provinsi Kalteng mendukung,” sebutnya. (zig)
Discussion about this post