KALAMANTHANA, Muara Teweh – Ini kondisi yang cukup menyedihkan di dunia pendidikan Barito Utara. Keterbatasan guru membuat pengajaran rawan gangguan. Bila ada yang sakit, apalagi sakit-sakitan, potensi gangguannya semakin akut.
Itulah yang terjadi di SD Rujukan 5 Melayu di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah. Sekolah ini kekurangan guru berstatus ASN, karena dua pengajar di sekolah itu sakit-sakitan. Posisi keduanya tidak bisa digantikan guru honorer.
Ketua Komite SDR 5 Melayu Nety Herawati Jawawi mengatakan, sebagai SD Rujukan, sekolah ini memerlukan guru yang aktif, enerjik, dan berwawasan luas. “Jumlah guru di sekolah ini 19 orang ASN dan 15 orang guru honor BOS. Tetapi dua orang ASN guru tidak aktif, karena sedang sakit,” ujarnya di Muara Teweh, Rabu (3/10/2018).
Mencermati situasi ini, sebut Nety, SDR 5 Melayu sangat membutuhkan tambahan guru guna membantu kelancaran dan kelangsungan proses belajar-mengajar, sehingga jumlah guru cukup sesuai dengan bidang studi. Usulan penambahan guru sudah disampaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Barut, tetapi sampai kini belum ada respon. “Kami bersama pihak sekolah akan kembali menemui atau menyurati pihak Disdik,” kata wanita yang juga aktif sebagai seorang pengusaha ini.
Pejabat mewakili Kepala Disdik Kabupaten Barut Suprayetno menyatakan, ada SK dari Kementerian Pendidikan tentang sekolah rujukan. Pemkab Barut mendukung penuh status rujukan SDR 5 Melayu. Baik terkait infrastruktur maupun guru, karena ini memang menjadi perhatian nasional. Ada delapan standar yang harus diterapkan di sekolah.
“Memang tidak ada parameter untuk menentukan penerapan delapan standar. Tetapi yang pasti, kami yakin, standar itu sudah dilaksanakan di SDR 5 Melayu. Di Kalteng, hanya ada dua SD rujukan. Pertama di Kabupaten Barut dan kedua di Kabupaten Kapuas,” ucap Suprayetno.(mel)
Discussion about this post