KALAMANTHANA, Bogor – Di antara korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610, Arif Yustian pergi dengan dramatis. Dia terbang menggantikan rekannya. Selain itu, namanya tak tercantum dalam manifes penumpang. Ibunya pun masih merasa berdosa menyebut putranya meninggal.
Sampai sekarang, Yenti Sulastri, ibu Iyus –sapaan akrab korban, tetap menyimpan harapan. Dia berharap ada mukjizat putranya betul-betul tidak ikut pesawat nahas itu sesuai manifes penumpang. Dia pun berharap, kalaupun anaknya ada di pesawat, masih bisa selamat.
Tapi, kalaupun anaknya ikut jadi korban meninggal, harapannya adalah jasad anaknya diketemukan. Dengan begitu, dia bisa mengunjungi makam anak sulungnya itu, sekadar untuk melepas kerinduan.
Kerinduan? Itulah yang dipendam wanita yang jadi istri Sariyoso (54) itu. Sudah lama dia tak bertemu dengan Iyus. Bahkan sebelum pesawat nahas itu terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, menuju Pangkal Pinang, kerinduan itu sudah dia pendam.
Biasanya, Iyus yang tinggal kos di Kota Bogor, kerap mengunjungi orang tuanya yang tinggal Kampung Kelapa, Desa Rawa Panjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor itu. Tapi, sudah sebulan Iyus tak pernah pulang karena kesibukannya bekerja di PT Skylab Pasifik Indonesia itu.
“Biasanya, kalau saya kangen, Abang pulang,” katanya. Abang adalah panggilannya untuk Iyus, mengikuti panggilan keempat adik pria malang itu.
Iyus dikenal sebagai anak yang baik dan berbakti. Dia menjadi teladan bagi adik-adiknya. Sebelum terbang, Iyus masih sempat berjanji membelikan sepeda untuk adik-adiknya. Janji yang kemudian dia bawa pergi selamanya bersama jatuhnya Lion Air JT-610.
Meski kini sudah bisa menerima kenyataan Iyus ikut jadi korban Lion Air, Yenti masih belum sepenuh hati melepasnya. “Saya merasa dia masih ada. Dia salah naik pesawat. Saya merasa berdosa kalau menyebut dia almarhum,” katanya. (ik)
Discussion about this post