KALAMANTHANA, Muara Teweh – Sadar kualitas sumber daya manusia jauh tertinggal dari daerah lain, Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, bekerjasama dengan beberapa pihak menggelar pameran sejuta buku di aula Madrasah Tsanawiyah, Muara Teweh, mulai kemarin (16/11). Kegiatan seperti ini tercatat baru pertama kali terjadi dalam 20 tahun terakhir, bakal berlangsung sampai dengan 26 November 2018.
Asisten Sekda Barut Bidang Perekonomian dan Pembangunan Jufriansyah mengatakan, pameran sejuta buku diharapkan bisa memotivasi budaya gemar dan cinta buku secara benar. Guna mewujudkan hal itu perlu didukung pendidikan bermutu tinggi yang dapat dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat.
“Pemkab Barut menyambut baik penyelenggaraan pameran buku ini, sehingga bisa sejalan dengan visi dan misi pemerintah selama lima tahun ke depan. Mari kita wujudkan masyarakat Barut yang religious, mandiri, dan sejahtera melalui percepatan peningkatan pembangunan dan salah satunya di bidang sumber daya manusia,” ujarnya di Muara Teweh.
Jufri sapaan akrabnya menambahkan, berdasarkan hasil survei lembaga internasional Most Littered Nation In The World 2016, belum lama ini, minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia disebabkan beberapa factor, salah satu diantaranya budaya yang masih didominasi budaya Timur.
Selain itu, sambung dia, saat ini penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan, di samping tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung, seperti toko buku, dan terlalu majunya teknolog sehingga menurunkan minat baca. Padahal buku dengan segala kelebihannya belum bisa tergantikan oleh teknologi. Buku bisa dibaca dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja, dan bagaimana pun keadaannya.
Menurut Jufri, membaca buku dapat membuka pintu otak dan memadukannya ke arah kepandaian dan kebijaksanaan. Buku bisa menjadi teman duduk yang tidak akan memuji kita dengan berlebihan. “Buku sebagai teman yang tidak akan menjerumuskan kita, sekaligus teman yang tidak membuat kita bosan,” terangnya.
Meski sedang berpacu menjadi daerah terdepan di DAS Barito, hingga saat ini belum ada satu pun toko buku yang repsesentatif di Kabupaten Barut. Toko buku yang ada umumnya hanya menjual buku-buku sekolah, sehingga jarang tersedia literatur lain yang bisa memacu peningkatan intelektulitas kaum muda. “Kalau mau buku yang bermutu dan berbobot, minimal kita harus mencari ke Banjarmasin atau ke Palangkaraya, bahkan memesan dari Jawa,” sebut Rini, salah satu praktisi pendidikan di daerah ini kepada KALAMANTHANA, Sabtu (17/11) siang.(mel)
Discussion about this post