KALAMANTHANA, Palangka Raya – Sambil menunggu pelaksanaan pemasangan tiang pancang pembangunan pile slab di kawasan Bukit Rawi yang biasa tergenang banjir, pada tahun depan, instansi terkait akan membangun posko banjir di lokasi ini. Bahkan berencana menggandeng tim off road untuk membantu.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalteng, Shalahuddin, pengerjaan proyek jalan nasional itu, dilakukan setelah Badan Pertanahan Nasional (BPN) selesai melakukan pengukuran terhadap tanah warga yang terkena pembebasan lahan pembangunan pile slab.
“Untuk tahap pertama ini, slot dari kementerian sebesar Rp67 miliar, sepanjang 800 meter. Saat ini untuk pembebasan lahan sudah diserahkan kepada Pemda Pulang Pisau, karena masuk kawasan Kabupaten Pulang Pisau, tapi tetap kami monitor. Kami berharap tidak ada kendala dalam masalah pembebasan lahan, karena pembangunan pile slab ini untuk kepentingan umum,”kata Shalahuddin di Palangka Raya, Sabtu (1/12/2018).
Sedangkan ruas jalan yang akan dibangun pile slab, sepanjang tiga kilometer dengan menelan dana kebutuhan sekitar Rp 350 miliar. Alokasi ini akan digelontorkan pusat secara bertahap.
Tetapi nantinya pile slab tidak seperti di Tumbang Nusa, yang dibangun di tengah, namun di samping sehingga saat tidak tergenang banjir, masih bisa melalui jalan dibawah pile slab.
Diakuinya, kawasan Bukit Rawi memang menjadi salah satu prioritas penyelesaian. Pasalnyan kawasan timur ini merupakan akses vital yang menghubungkan ke Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara, Barito Timur dan Murung Raya. Kemudian huga menghubungkan sebagian Gunung Mas, Kapuas dan Pulang Pisau serta dengan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Tetapi tetap tidak mengabaikan kawasan lain yang rawan banjir yakni di wilayah barat dari Pangkalan Bun ke Kotawaringin Lama serta wilayah tengah atau lintas selatan dari Plantaran ke Kasongan, yang ditangani pihaknya karena merupakan jalan provinsi.
Kedalaman tanah gambut di Jalan Bukit Rawi mencapai 44 meter. Pihaknya sudah beberapa kali melakukan penimbunan tetapi ternyata tetap turun. Pasalnya setelmen atau penurunan tanah di sana, terjadi setiap tahun. Sedangkan kedalaman air tertinggi saat banjir beberapa waktu lalu mencapai 60 meter. (tva)
Discussion about this post