KALAMANTHANA, Penajam – Ketua Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Penajam Paser Utara, Alimuddin, menilai kericuhan yang terjadi pada laga pamungkas Piala Suratin wilayah Kalimantan Timur, disebabkan ulah pemain, pelatih, dan ofisial Askot Bontang yang tidak puas. Padahal, ada mekanisme yang bisa dilalui, bukan membiarkan pemain masuk dan memukul perangkat pertandingan.
Hal itu dikatakan Alimuddin kepada KALAMANTHANA di Penajam, Senin (7/1/2019). Sehari sebelumnya, laga final antara Penajam Utama dan Askot Bontang diwarnai kericuhan dalam laga di Penajam. Penajam Utama akhirnya menang 1-0.
“Piala Suratin nasional yang kami rebut pada tahun 2017 itu dihempaskan mereka, sementara yang mereka mau rebut itu masih yang level Kaltim. Jadi, tidak ada hubungannya. Memangnya mereka mau rebut itu,” kata Alimuddin.
Menurut Alimuddin seharusnya Askot Bontang harus berjuang dulu di level nasional, setelah juara di Kaltim. Bagi Alimuddin bukan kali ini saja Penajam Utama menggagalkan peluang Askot Bontang untuk maju di tingkat nasional. Pada tahun 2017 mereka juga kandas di tangan Penajam Utama.
“Untung penonton pandai menghargai tamu, tidak ikut anarkis. Jika pengawas pertandingan ingin melaporkan kepada Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, saya malah dukung, supaya klub, pelatih, manajer kalau salah diberi sanksi, termasuk rekan mereka yang mengempaskan Piala Suratin itu sampai rusak,” lanjutnya
Alimuddin menambahkan pihaknya juga bisa melaporkan masalah piala yang diempas itu ke Komdis PSSI dan di lihat apakah ini yang juga menjadi bagian laporan pengawasan pertandingan, Ada salah satu pemain Askot Bontang yang dirawat di RSUD PPU dan kebetulan biaya pengobatan sementara ditanggung salah seorang anggota Intel Polres PPU.
“Saya selaku ketua Askab PSSI PPU meminta maaf atas kejadian ini dan sebagai manajer mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak khususnya dukungan untuk Penajam Utama sehingga bisa menjadi juara Kaltim dan berhak untuk pertahankan gelar nasional dalam waktu dekat ini,” paparnya. (hr)
Discussion about this post