KALAMANTHANA, Muara Teweh – Para konsumen elpiji ‘melon’ ukuran tiga kilogram di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, harus merogoh kocek lebih dalam. Barang subsidi pemerintah ini, mesti ditebus dengan harga Rp35 ribu per tabung, sehingga mengundang omelan ibu-ibu rumah tangga berpenghasilan pas-pasan.
Harga elpiji yang terus meroket di Kabupaten Barut diduga karena akumulasi beberapa alasan. Terutama kekurangan kuota pasokan dari Pertamina. “Saat ini, dalam sehari 560 tabung yang dibawa untuk dijual di Muara Teweh. Jumlah itu tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Idealnya dalam sehari dipasok 1.120 tabung elpiji tiga kg,” ujar Muhammad Taufik, pemilik pangkalan elpiji di Simpang Tiga Dermaga, Kelurahan Lanjas, Selasa (15/1/2019).
Masih ada beberapa pemilik pangkalan elpiji lainnya di Muara Teweh, juga membutuhkan tambahan kuota, supaya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat kalangan menengah ke bawah. “Saya turut prihatin kenapa sampai Pertamina dan Pemkab tidak bisa menambah jatah kuota elpiji tiga kg untuk Barut. Dari dahulu kami minta tambahan kepada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagrin), tetapi tidak ada tanggapan,” sebutnya.
Taufik, sapaan akrabnya, membeberkan harga elpiji tiga kg dari agen berkisar Rp17-Rp19 ribu. Turun ke pangkalan harga menjadi kisaran Rp22-Rp24 ribu, lalu menjadi Rp35 ribu di tingkat pengecer. Ia memastikan, pangkalan tidak berani memainkan harga semaunya, karena penjualan diawasi oleh berbagai pihak, terutama polisi dan Disdagrin.
Kepala Disdagrin Kabupaten Barut, Hajrannor, ketika ditanya tentang usulan penambahan kuota elpiji tiga kg, sampai dengan pukul 13.45 WIB, tidak memberikan jawaban. Tetapi menurut sumber terpercaya di Disdagrin, surat usualn dari pangkalan sudah masuk ke instansi tersebut. “Saat dicek terakhir untuk diajukan kepada bupati, surat itu terselip dan hilang. Sehingga Disdagrin meminta pihak pengkalan membuat surat usulan baru,” ucapnya.(mel)
Discussion about this post