KALAMANTHANA, Muara Teweh – Sekitar 30 karyawan PT Berjaya Agro Kalimantan (BAK) bersama istri dan anak, memilih menginap di kantor DPRD Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, karena tak sanggup lagi menahan lapar. Mereka berharap melalui aksi tersebut, ada perhatian dari pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya.
Mereka datang ke DPRD Barut sejak Senin (11/2) pagi. Para karyawan bertekad menginap di gedung wakil rakyat, karena tidak percaya terhadap janji-janji manajemen PT BAK. Kini sudah memasuki bulan kelima, mereka tidak menerima gaji. Apalagi hasil pertemuan yang dimediasi Wakil Gubernur Kalteng, Dinas Tenaga Kerja, dan DPRD Barut nihil.
“Kalau kami pulang ke kamp, tidak ada lagi yang bisa dimakan. Kami kelaparan dan anak-anak yang paling merasakan akibat gaji orang tuanya tidak dibayar PT BAK. Kami putuskan menginap di gedung DPRD, supaya ada yang bisa beri perhatian kepada kami,” kata karyawan bernama Romansius, Selasa (12/2) pagi.
Sebelumnya, petinggi PT BAK, Ediko Kuok melalui surat kepada DPRD Barito Utara menjelaskan soal kesulitan keuangan yang mereka hadapi. Ediko mengatakan dalam suratnya, tidak ada niat PT BAK tidak membayar gaji dan THR para karyawan yang jelas jadi kewajiban PT BAK. Tunggakan pembayaran gaji disebabkan turunnya harga jual tandan buah segar (TBS) sejak 2018.
Turunnya harga TBS, ujar Ediko, bukan hanya terjadi di Kabupaten Barut tetapi juga di daerah lain, sehingga berimbas pada usaha para pemegang saham yang bergerak di bidang perkebunan sawit. Selama ini, pemegang saham menopang subsidi dana kepada PT BAK sampai dengan Oktober 2018.
Jika diminta membayar gaji karyawan sampai Desember 2018, perusahaan memberikan jawaban bila harga jual TBS sawit sama dengan harga jual pada 2017, rata-rata Rp1.500 per kg, kekurangannya diharapkan dana subsidi dari pemegang saham. Tunggakan tetap menjadi tanggung jawab perusahaan. (mel)
Discussion about this post