KALAMANTHANA, Muara Teweh – Keajaiban, lebih tepatnya anomali, terjadi di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Kuota atau jatah elpiji tiga kg sudah ditambah, tetapi ‘si melon’ justru sering langka di pasaran.
Akibatnya, para warga miskin konsumen produk subsidi itu sangat mengeluh. Harga si melon di dalam kota sudah mencapai Rp50 ribu sampai dengan Rp55 ribu per tabung. Apalagi di luar Muara Teweh.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Barut, Hajrannor, mengatakan berdasarkan data tahun 2018, kuota elpiji tiga kg untuk Barut berjumlah sekitar 1.800 metrik ton. Sedangkan untuk 2019 jumlahnya bertambah menjadi lebih dari 2 ribu metrik ton. “Kuota tabung elpiji tiga kg ini meningkat dari tahun sebelumnya,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (27/2/2019).
Menurut Hajran, Disdagrin Barut merencanakan rapat dengar pendapat bersama DPRD, serta memanggil agen, pangkalan, dan sub pangkalan yang ada di wilayah ini. “Dalam hearing nanti, kita akan memaparkan jumlah tabung gas yang diterima dan harga yang dijual kepada para agen, pangkalan, dan sub pangkalan, sehingga permasalahan menjadi terang-benderang,” ujar dia.
Tak cukup itu saja, Hajran menyebutkan, instansinya telah menurunkan petugas ke lapangan untuk mengecek dan mengumpulkan data-data, terkait lonjakan harga elpiji tiga kg. “Sekarang saya masih menunggu hasil dari staf yang turun ke lapangan,” katanya.
Sedangkan menyangkut harga eceran tertinggi (HET) tabung elpiji tiga kg, Disdagrin Barut masih menggodok peraturannya. Dalam HET ada hitungan-hitungan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan baik di tingkat pangkalan maupun sub pangkalan.(mel)
Discussion about this post