KALAMANTHANA, Palangka Raya – Tarif angkutan udara masih menjadi komoditas utama pendorong potensi terjadinya inflasi di Palangka Raya dan Sampit, sebesar 0,06 persen dan 0,13 persen. Begitu juga potensi yang sama juga terjadi pada komoditas bawang putih di Palangka Raya sebesar 0,02 persen dan Sampit 0,03 persen.
“Andil beras terhadap potensi terjadinya inflasi di Palangka Raya juga cukup berarti 0,02 persen. Sebaliknya komoditas daging ayam ras memiliki andil lebih besar terhadap terjadinya deflasi di Sampit 0,16
persen dibandingkan di Palangka Raya 0,08 persen,”kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Yomin Tofri, Senin (1/4/2019).
Komoditas telur ayam ras juga memberikan
andil yang sama terhadap terjadinya deflasi di kedua kota. Komoditas lain yang turut berkontribusi terhadap terjadinya deflasi di Palangka Raya, berasal dari kelompok beberapa jenis ikan air tawar.
Sedangkan di Sampit, menurunnya tarif listrik selama Maret 2019, turut memberikan andil terjadinya deflasi yaitu sebesar 0,03 persen.
Selama tiga bulan terakhir, tingkat harga di pasar eceran di Palangka Raya cenderung turun. Namun di Sampit masih fluktuatif.
Menurutnya, selama Maret 2019, pengaruh komponen harga bergejolak (volatile foods) cukup kuat dalam mendorong penurunan indeks harga di Sampit 0,18 persen dan Palangka Raya 0,03 persen.
Komponen inflasi inti (core inflation) mempengaruhi menurunnya indeks harga di Palangka Raya 0,05 persen, namun mendorong meningkatnya indeks harga di Sampit 0,09 persen.
Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah (administered prices), memiliki daya ungkit terhadap kenaikan indeks harga baik di Palangka Raya 0,05 persen maupun di Sampit 0,08 persen. (tva)
Discussion about this post