KALAMANTHANA, Nanga Bulik – Banjir yang melanda Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, memunculkan gambaran yang unik. Truk-truk yang melewati jalan Trans Kalimantan seperti berenang membelah jalan.
Pemandangan itu mencuat karena jalan Trans Kalimantan termasuk salah satu yang terendam banjir. Ketinggian air mencapai 1,5 meter.
Jalan yang biasa menjadi jalur lalu lintas dan lalu lalang kendaraan berbagai jenis di Lamandau, kini tak bisa dilewati semua jenis kendaraan. Kendaraan roda dua maupun roda empat, tak bisa melintasinya. Hanya truk-truk roda enam yang nekat melewati jalanan tersebut.
Banjir itu sendiri merendam sedikitnya 187 rumah serta fasilitas umum. “Banjir terjadi di 16 desa dan kelurahan yang terdapat di enam kecamatan,” kata Bupati Lamandau Hendra Lesmana di Nanga Bulik, Senin (26/4).
Meluapnya Sungai Lamandau hingga ke permukiman warga, diakibatkan curah hujan yang cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Selain rumah dan fasilitas umum, sejumlah ruas jalan juga terendam sehingga berakibat pada arus lalu lintas yang terhambat.
Hendra menjelaskan 16 desa yang berada di enam kecamatan tersebut adalah Desa Lubuk Hiju, Kecamatan Menthobi Raya, Desa Pedongatan dan Nanga Palikodan Kecamatan Bulik Timur.
Kemudian Desa Bintang Mengalih, Batu Slipi dan Bayat, Kecamatan Belantikan Raya, Desa Penopa, Karang Taba, Batang Kawa, Cuhai, Tanjung Beringin, Sungai Tuat, Samu Jaya dan Tapin Bini Kecamatan Lamandau, serta Desa Mentawa Kecamatan Bulik.
“Saat ini pemerintah
daerah melalui BPBD Lamandau dan dinas terkait lainnya terus melakukan patroli,
pendataan dan pengecekan kondisi banjir,” jelas Hendra.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat, untuk
tetap waspada karena curah hujan masih tinggi dan untuk unit reaksi cepat BPBD
yang bertugas agar tetap memerhatikan keselamatan.
Kepala BPBD Lamandau Triyan Kuderon mengatakan, berdasarkan pantauan Stasiun Pantau Dermaga Batu Bisa, akibat intensitas hujan yang tinggi membuat kenaikan debit air mencapai 18 cm dan saat ini level ketinggian air di Sungai Lamandau mencapai 640 cm.
“Sementara di Stasiun Pantau Tapin Bini, level air berada pada 600 cm dan di Stasiun Pantau Batu Kotam mencapai hingga 620 cm. Kami melakukan patroli dan mengecek kondisi banjir secara berkala,” ungkap Triyan.(ik)
Discussion about this post