KALAMANTHANA, Muara Teweh – Warga Desa Hajak, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, melaksanakan upacara adat sekaligus ritual agama Hindu Kaharingan, Wara, 1 sampai dengan 7 Juli 2019. Kegiatan ini untuk mengantar para leluhur ke surga (Lewu Tatau), salah satunya tokoh Desa Hajak Lanyes.
Kandong (Pelaksana) Wara sekaligus Damang Gunung Purei Sahayuni menjelaskan, kegiatan Wara selama seminggu ini bertujuan memanggil arwah para leluhur, roh kelelungan Wara. Tujuh roh leluhur yang dipanggil akan turun ke tempat penyemaian. “Acara puncak nanti berupa penombakan kerbau sebagai rangkaian ritual mengantar kembali arwah para leluhur dengan Benawa ke Lewu Tatau,” katanya Senin (1/7/2019).
Tugas Kandong Wara, lanjut Sahayuni, setelah Pander Jempa secara adat, berupa penyerahan penyemaian atau sesajen-sesajen, barulah Kandong membaca mantra, memanggil atau membangunkan, melantik beras menjadi Luing Buyas. Lalu memanggil roh kelulangan Wara. “Terakhir memanggil roh-roh yang akan diwarakan, namanya Liau,” sebut dia.
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Barut Jonio Suharto mengatakan, ritual adat Wara dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, aspek kemanusiaan (sosial) yakni penghormatan kepada para leluhur. Kedua, aspek ritual, yaitu memanggil kembali roh para arwah untuk berkumpul dengan keluarga. “Kami hadir di acara Wara yang memenuhi persyaratan dan ketentuan. Pelaksana Wara maupun pihak keluarga berasal dari berbagai macam agama,” tutur Jonio.
Kepala Desa Hajak Sariono mengatakan, pihaknya menyiapkan acara Wara ini sejak lama. Terutama menyiapkan kerbau, babi, blontang, dan benawa. Tujuh arwah leluhur yang dibuat upacara Wara adalah Lanyes, Punding, Beong, Dengot, Lena, Sopia, dan Waner.(mel)
Discussion about this post