KALAMANTHANA, Muara Teweh – Pemerintah akan menutup lokalisasi Lembah Durian alias Merong di Barito Utara, Kalimantan Tengah, pada akhir tahun ini. Sebagian penghuninya sudah pulang kampung. Tapi, rata-rata tak mau dibiayai pemerintah. Ada apa?
Ketua RT 31 Kelurahan Melayu, Jiin, membenarkan, sebagian pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi Merong telah kembali ke kampung halaman. Mereka memilih menggunakan biaya sendiri.
Pemerintah sebenarnya menyiapkan anggaran untuk pemulangan para perempuan tersebut ke kampung halamannya. Bahkan, mereka pun dibekali dengan kursus keahlian agar bisa berusaha dengan lebih terhormat.
Baca Juga: Amel Merong Sedih, Sehari Kini Hanya Bisa Kebagian 1-2 Hidung Belang
Tapi, kebanyakan wanita penghuni lokalisasi Merong menolak biaya pemulangan dari pemerintah itu. Alasan mereka cukup lucu, tapi masuk akal.
“Sebagian menerima dan sebagian menolak dibiayai pemerintah. Yang menolak karena mereka takut akan ketahuan pekerjaannya saat diantar pulang sampai ke rumahnya,” kata Jiin kepada KALAMANTHANA.
Menurut Jiin, sampai awal Agustus 2019, warga dan penghuni lokalisasi Merong menunggu keputusan pasti tentang tanggal penutupan lokalisasi tersebut. Keputusan itu penting agar mereka bisa memastikan langkah berikutnya.
Baca Juga: Dari Lokalisasi, Merong akan Menjelma Jadi Tempat Karaoke
Setelah lokalisasi Merong ditutup, mencuat wacana menjadikan daerah hiburan itu tetap pada fungsinya. Jika sebelumnya sebagai lokalisasi, kali ini hendak dijadikan lokasi hiburan khusus karaoke.
“Merong ditutup bukan berarti pindah ke tempat lain. Tempat ini akan menjadi lokasi untuk hiburan karaoke. Tidak boleh prostitusi, karena dilarang pemerintah. Hal tersebut sudah dibicarakan saat kami pengurus RT dan para pemilik wisma dipanggil bertemu pemerintah empat bulan lalu,” ungkap Jiin. (mel)
Discussion about this post