KALAMANTHANA, Sampit – Dalam diam, seorang ibu rumah tangga berjuang melawan kebakaran hutan dan lahan. Berbekal peralatan sederhana, dia mencoba memadamkan api yang mendekati kebun karetnya.
Begitulah Mama Limie, seorang ibu rumah tangga di Desa Sungai Ubar Mandiri, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Sejak Minggu (4/8), dia rela menghabiskan waktu di hutan bersama keluarganya untuk mengusir api.
Senjata mereka sangat sederhana: ember dan parang. Dengan senjata sederhana itu, Mama Limie dan keluarganya memadamkan api dengan cara manual, tanpa peralatan modern sama sekali.
“Sudah beberapa hari kami ke hutan, dari pagi hingga malam hari, memadamkan api hanya mengunakan parang untuk menebas membuat blok dan ember untuk menyiram api tersebut,” ujar Mama Limie.
Menurutnya, bukan hanya kebun karet yang bakal jadi sasaran api tersebut jika dibiarkan begitu saja. Tak tertutup kemungkinan api juga akan menghanguskan lahan plasma masyarakat yang berkerjasama dengan dengan PT Windu Nabatindo.
Karena itu, dirinya berharap kepada tim karhutla dari pihak desa dan kecamatan, juga pihak perusahan, jangan sampai patah semangat lantaran TKP tidak bisa dijangkau mobil pemadam kebaran.
“Ada cara lain seperti yang tengah kami lakukan saat ini dengan memblok api tersebut. Kemudian jika lahan gambut, buat paritnya sehingga sebelum api itu makin meluas ketika sampai di tempat yang diblok, dia akan padam. Jika hanya mengandalkan air itu tidak efektif, apalagi jika itu lahan gambut. Caranya yaitu bikin blok dan parit, kemudian siram pakai air,” katanya sambil menyebutkan sampai saat ini belum ada bantuan dari berbagai pihak.
Mama Limie juga menuturkan setiap tahun areal yang terbakar tersebut selalu jadi sasaran api. Setiap kemarau datang, kebakaran selalu terjadi.
Dia menduga itu memang sengaja dibakar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab pada saat mencari ikan di sungai. Sebab titik pertama munculnya api itu dari arah sungai, kemudian terus meluas.
“Kami saat ini tengah berupaya semaksimal mungkin memadamkan api tesebut. Bila ada pihak yang tersentuh hatinya untuk membantu, itu sangat kami harapkan, terutama karena tenaga juga terbatas karena kami harus bermalam di hutan. Takut api itu meluas dan membakar kebun karet yang ada ini,” tuturnya. (zig)
Discussion about this post