KALAMANTHANA, Jakarta – Kalimantan Timur bukanlah kawasan yang bebas dari ancaman bencana gempa. Faktanya, Sesar Maratua dan Mangkalihat masih terpantau sangat aktif.
Dalam monitor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), secara geologi dan tektonik, sesar gempa di Kalimantan Timur masih sangat aktif.
“Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur menunjukkan masih sangat aktif,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, Jumat (23/9/2019).
Secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kalimatan Timur terdapat tiga struktur sesar sumber gempa, yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster.
Dalam peta seismisitas pada dua zona sesar ini aktivitas
kegempaannya cukup tinggi dan membentuk klaster sebaran pusat gempa yang
berarah barat-timur.
Tercatat sejumlah gempa signifikan dan merusak
yang pernah terjadi di wilayah Provinsi Kaltim berkaitan dengan Sesar Maratua
dan Sesar Sangkulirang antara lain gempa dan tsunami Sangkulirang pada 14 Mei
1921.
Dampak gempa Sangkulirang dilaporkan menimbulkan
kerusakan memiliki skala intensitas VII-VIII MMI, yang artinya banyak bangunan
mengalami kerusakan sedang hingga berat. Gempa kuat juga diikuti tsunami yang
mengakibatkan kerusakan di sepanjang pantai dan muara sungai di Sangkulirang,
Kaltim.
Selanjutnya gempa Tanjung Mangkalihat
berkekuatan magnitudo 5,7 pada 16 November 1964. Gempa Kutai Timur bermagnitudo
5,1 pada 4 Juni 1982.
Gempa Muarabulan, Kutai Timur, berkekuatan 5,1
pada 31 Juli 1983, gempa Mangkalihat berkekuatan magnitudo 5,4 pada 16 Juni
2000 lalu gempa Tanjungredep berkekuatan 5,4 pada 31 Januari 2006 dan gempa
Muaralasan, Berau, berkekuatan 5,3 pada 24 Februari 2007
Berdasarkan hasil kajian Pusat Studi Gempa
Nasional (Pusgen) pada 2017, Sesar Mangkalihat memiliki potensi magnitudo
mencapai magnitudo 7,0. Sebagai gambaran skenario tingkat guncangan (shake map) akibat gempa yang bersumber dari Sesar Mangkalihat dapat
berdampak hingga skala intensitas VI-VII MMI.
Artinya gempa yang terjadi dapat menimbulkan
kerusakan tingkat sedang hingga berat di Semenajung Mangkalihat dan sekitarnya.
Sementara itu, Sesar Paternoster yang jalurnya
berarah barat-timur melintasi wilayah Kabupaten Paser, meskipun termasuk
kategori sesar berusia tersier tetapi hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa di
jalur sesar ini masih sering terjadi gempa.
Daryono mengatakan, catatan gempa di Kabupaten
Paser cukup banyak. Salah satu gempa yang paling kuat adalah Gempa Paser
berkekuatan magnitudo 6,1 pada 26 Oktober 1957, sementara peristiwa gempa
tektonik yang terbaru adalah Gempa Longkali, Paser, pada 19 Mei 2019
berkekuatan 4,1 yang guncangannya sempat menimbulkan kepanikan masyarakat.
“Melihat catatan sejarah tsunami masa lalu, pantai timur Provinsi Kaltim
sebenarnya bukan kawasan aman tsunami. Peristiwa tsunami destruktif di
Sangkulirang pada 14 Mei 1921 kiranya cukup sebagai bukti kerawanan tsunami di
wilayah ini,” ujarnya.
Keberadaan Pantai Timur Kaltim yang berhadapan
dengan North Sulawesi Megathrust juga patut
diwaspadai, kata Daryono. Hasil pemodelan skenario
tsunami akibat gempabumi berkekuatan magnitudo 8,5 yang berpusat di zona
megathrust Sulawesi Utara menggunakan TOAST (Tsunami Observation and
Simulation Terminal) di BMKG menunjukkan bahwa di Pantai Kalimantan Timur
berpotensi terjadi tsunami dengan status ancaman “awas” dengan tinggi tsunami
di atas tiga meter. (ik)
Discussion about this post