KALAMANTHANA, Samarinda – Kalimantan Timur berpeluang jadi ibu kota baru pemerintahan Republik Indonesia. Tiga titik diprediksi bakal jadi pilihan: Samboja (Kutai Kartanegara), Sepaku dan Penajam (Penajam Paser Utara).
“Lokasi calon ibu kota sudah ditetapkan di Kaltim meski belum diputuskan titik persisnya, namun berdasarkan analisa saya, di tiga kawasan itu,” ujar Ketua Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah (PKPPKD) Universitas Mulawarman Samarinda, Dr Aji Sofyan Effendi di Samarinda, Sabtu (24/8/2019).
Ia meyakini tim pusat akan memilih salah satu dari tiga lokasi ini. Bahkan bisa ketiganya untuk pengembangan ke depan karena masing-masing titik merupakan kawasan strategis dan memiliki keunggulan antara lain lahan luas, aman, dan jauh dari pemukiman.
Kamis (22/8) lalu, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil keceplosan menyebut pemerintah sudah memutuskan ibu kota pindah ke Kalimantan Timur. Presiden Joko Widodo, beberapa jam kemudian, membantah dan menyebutkan pemerintah masih melakukan kajian. Belakangan, Menteri Sofyan Djalil meralat pernyataannya.
Berdasarkan dokumen rencana pemindahan ibu kota Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), dipilihnya Kaltim menjadi ibu kota baru karena memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan itu antara lain memiliki dua bandara besar, yakni Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan, kemudian Bandara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Kota Samarinda.
Selanjutnya terdapat jalan tol Balikpapan-Samarinda, memiliki Pelabuhan Semayang, infrastruktur jaringan energi dan air bersih, struktur demografi heterogen atau sebagian besar penduduknya merupakan pendatang yang tentu lebih terbuka berinteraksi dan menerima perubahan, kemudian masuk Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II.
“Atas berbagai keunggulan ini, maka lokasi ibu kota tidak jauh dari tiga kawasan yang saya sebut tadi. Setelah ibu kota benar-benar pindah, maka infrastruktur dasar akan terpenuhi yang pada akhirnya akan menurunkan Incremental capital rasio (icor) alias produksi, konsumsi dan distribusi barang/jasa mengecil sehingga mampu meningkatkan investasi,” ucap Aji seperti dilansir Antara. (ik)
Discussion about this post