KALAMANTHANA, Buntok – Perdagangan orang hingga saat ini masih menjadi persoalan penting di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di Indonesia. Tercatat dari data pertahunnya kementerian sosial sejak tahun 2016 hingga pertengahan tahun 2019 mencapai 4.906 orang. Jumlah yang tentunya cukup membuat mata kita terbuka lebar.
Sudah semestinya hal tersebut menjadi perhatian semua pihak, termasuk juga dari Gereja Katolik. Paus Fransiskus pada Ceramah dihadapan peserta Hari Doa dan Refleksi Sedunia Melawan Perdagangan Orang, pada tahun 2018 lalu menayakan apakah penyebab utama perdagangan orang adalah benar-benar pedagang orang?
“Jika ada begitu banyak gadis korban perdagangan orang yang bernasib hidup di jalanan di kota-kota kita, ini karena banyak kaum laki-laki – muda, dewasa maupun tua -yang meminta pelayanan mereka untuk memuaskan nasfu kesenangan mereka. Maka saya heran, apakah penyebab utama perdagangan orang adalah benar-benar pedagang orang? Saya yakin penyebab utama adalah keegoisan tak bermoral orang-orang munafik didunia ini. Tentu, menangkap pedagang orang adalah kewajiban demi keadilan. Namun solusi sebenarnya adalah pertobatan hati, memotong rantai permintaan konsumen untuk memotong pasar,” kata Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus juga menegaskan perdagangan orang adalah aib dan kejahatan terhadap Kemanusiaan dan semua harus berkerjasama untuk mengakhiri perdagangan yang mengerikan.
Pada tahun ini merupakan tahun ke 6 Gereja Katolik menetapkan tanggal 8 Februari menjadi Hari “Doa dan Refleksi Melawan Perdagangan Orang” sekaligus peringatan Santa Jhosepine Bhakita yang diangkat menjadi Pelindung bagi para korban perdagangan orang.
Dalam rangka memperingati hari tersebut Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia melalui Kongregasi Suster-Suster SFD dan Komunitas Asrama melaksanakan ibadat sebagai wujud dukungan terhadap perlawanan bagi perdagangan orang di seluruh dunia khususnya di Indonesia.
Pelaksanaan kegiataan tersebut dilakukan di halaman Asrama Kartini dan Asrama Don Bosco Buntok. Pelaksanaan ibadat ini di pimpin oleh 2 orang Suster, yaitu Suster Ansfrida, SFD dan Suster Clarensia, SFD.
Dalam ibadat diisi juga dengan “Tablo” Perdagangan Orang, yang mengisahkan bagaimana proses terjadinya perdagangan orang, dan apa sikap yang mesti kita ambil dalam melawan kasus perdagangan orang yang kerap terjadi disekitar kita. Sebagaimana Allah menciptakan manusia sesuai dengan citra Allah sendiri, dimana martabat manusia sangat luhur dan mulia.
Dari kegiataan ibadat ini ingin menyampaikan pesan kepada semua bahwa perdagangan orang melawan hukum dan merendahkan martabat manusia itu sendiri yang mana Allah menciptakan sesuai dengan citranya.
“Maka sudah menjadi tugas kita untuk mendukung setiap upaya baik pemerintah maupun lembaga-lembaga lainnya yang berniat baik dalam mencegah maupun melawan perdagangan orang tersbut. Dan saya secara pribadi mengajak kita semua untuk melawan setiap aktivitas yang merendahkan martabat itu sendiri termasuk perdagangan orang,” ucap Suster Ansfrida, SFD dalam mengakhiri ibadat peringatan Santa Jhosephine Bhakita. (srs)
Discussion about this post