KALAMANTHANA, Jakarta – Aksi live streaming hot yang dilakukan tiga remaja Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, menyita perhatian. Tak tertutup ketiganya terlibat dalam cybersex.
Begitulah penilaian pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel terkait aksi yang menghebohkan itu. Dia menyebutkan ada tanda-tanda cybersex menyerupai live show berdasarkan permintaan pihak tertentu.
“Di (negara-negara) Barat, hal seperti itu sudah sejak lama menjadi kegiatan komersial,” sebut Reza Indragiri.
Tiga remaja putri Pulang Pisau yang masih berstatus pelajar di sekolah tingkat SMA itu diamankan polisi setelah video mereka tersebar di media sosial. Video berbau pornografi dan direkam saat ketiganya siaran langsung atau live di Instagram, viral di media sosial.
Dalam video berdurasi 2 menit 21 detik, saat live di Instagram, mereka berjoget sambil melepas bra dengan diiringi musik breakbeat DJ. Lokasi di dalam video, diduga di kamar di sebuah wisma di Jalan Cik Ditiro Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
“Boleh percaya boleh tidak, sejak wabah Covid-19, konsumsi pornografi komersial meningkat tajam. Siapa tahu, kejadian tersebut terinspirasi oleh tren itu,” katanya.
Menurut Reza, kalau memang ada unsur komersial berupa promosi, teaser, dan sejenisnya, atas apa yang dilakukan ketiga remaja putri itu, maka motifnya adalah instrumental. “Yakni memperoleh manfaat dari pelanggaran hukum yang mereka lakukan,” katanya.
Tapi, ada pula kemungkinan ketiganya sebatas iseng. Mereka mendemonstrasikan watak narsistik dengan cara eksibisionisme atau mempertontonkan bagian tubuh yang sensitif ke orang lain.
Ngerinya, kata Reza, adalah jika ketiga remaja putri itu tidak sadar bahwa di kejauhan ada orang yang melakukan pelecehan terhadap mereka secara maya dan real time.
“Sebab di dunia nyata mereka nantinya bisa punya kerawanan lebih tinggi untuk menjadi korban kejahatan,” ujarnya.
Pada sisi ini, menurut Reza, masuk akal ketika polisi menetapkan atau memposisikan ketiganya sebagai korban. “Namun, jika ketiganya sadar, tidak di bawah paksaan atau tekanan saat beraksi, dan semakin menjadi-jadi, seiring banyaknya komentar netizen, maka bisa dipahami bahwa ketiga remaja tersebut secara sengaja memproduksi dan menyebarluaskan tayangan pornografi. Ini memosisikan mereka sebagai pelaku,” kata Reza.
Reza menilai langkah penyidik kepolisian menempatkan ketiganya sebagai saksi korban sudah tepat. “Juga kalau mereka lesbian, berarti ada agenda tambahan untuk meluruskan orientasi homoseksual mereka,” ujarnya.
Kapolresta Palangka Raya Kombes Dwi Tunggal Jaladri melalui Kasat Reskrim Komisaris Todoan Agung Gultom, Jumat, mengatakan tiga remaja putri yang awalnya diamankan jajaran Polsek Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau.
Mereka dijemput penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta setempat karena video tersebut dilakukan saat berada di Kota Palangka Raya.
“Tiga remaja putri ini akan dilakukan pemeriksaan sebagai saksi sekaligus korban. Untuk penyebar video tersebut masih dalam penyelidikan penyidik,” kata Gultom.
Ia menjelaskan, ketiganya sampai saat ini masih menjalani pemeriksaan oleh penyidik di Unit PPA didampingi keluarganya masing-masing.
Berdasarkan pengakuan para remaja putri tersebut, ia mengemukakan, aksi itu awalnya dilakukan lantaran bercanda dan tidak pernah berpikir bisa menghebohkan dunia maya, di wilayah Kalteng khususnya.
“Pengakuan mereka sebenarnya hanya untuk iseng dan untuk hiburan saja, hanya saja mereka tidak memikirkan dampaknya hingga bisa viral setelah di-share di media sosial. Bahkan, mereka tidak mengetahui bahwa video itu di-share oleh orang lain,” katanya.
Dalam perkara ini, unit PPA Polresta Palangka Raya sama sekali belum menetapkan siapa tersangkanya. Sedangkan, tiga remaja putri itu sudah dimintai keterangan oleh penyidik.
Polisi mendapati dalam video berdurasi dua menit 21 detik itu ada aksi remaja putri melakukan live di Instagram dan direkam oleh orang lain. Di video itu ketiganya menggunakan pakaian seksi, kemudian membuka dan memamerkan tubuhnya.
Mereka satu per satu beraksi mesum, dan semakin menjadi-jadi setelah berbagai komentar dari netizen di kolom komentar saat mereka melakukan tayang langsung di Instagram. (ik)
Discussion about this post